Sabtu, 19 Juli 2014

Mengenal Diri untuk Mengenal Allah swt

       Imam Ali as dalam mengatakan, "Barang siapa mengenal dirinya, maka dia telah mengenal Tuhannya." Karena manusia yang mengenal sifat-sifat dan potensi dirinya, maka tidak mungkin dia meninggalkan introspeksi diri. Adapun selama manusia belum mampu mengintrospeksi dirinya, maka dia akan tenggelam dalam urusan materi dan hawa nafsu, serta tidak dapat mengenal alam spiritualitas dan Allah Swt.
      Selama manusia tidak mengenal dirinya dan mengetahui potensi serta kemampuannya baik secara fisik maupun mental, maka dia tidak akan mengetahui kedudukannya yang sebenarnya di alam semesta ini. Tanpa pengenalan diri, manusia tidak akan mengetahui mengapa dia diciptakan. Oleh karena itu, dia juga tidak akan dapat menalar kepribadian dan nilai-nilainya.
       Al-Quran menyebut manusia sebagai makhluk terunggul serta khalifah Allah Swt di muka bumi bahkan para malaikat pun bersujud kepadanya. Akan tetapi pada saat yang sama, Al-Quran juga menjelaskan kelemahan, ketergesaan, kesombongan dan ketamakan yang dimiliki manusia. Manusia memiliki potensi untuk berkembang dan sempurna, namun pada saat yang sama juga berpotensi menyimpang dan tergelincir. Manusia berada di antara dua pilihan untuk sempurna atau tersesat. Jika memilih untuk mencapai kesempurnaan, maka para malaikat tidak akan dapat menandinginya, namun jika memilih jalan kegelapan, maka manusia akan lebih hina dari binatang.
         Keyakinan bahwa manusia adalah makhluk paling unggul dan ada tujuan di balik pemilihan keunggulannya tersebut, akan menciptakan sebuah pengaruh pada dirinya. Dengan mengenal hakikatnya, manusia akan terdorong untuk mencapai kesempurnaan dan menjauhkan dirinya dari segala keburukan.
        Pada awal penciptaannya dari setetes benih kecil dan tidak berarti, ketika masuk ke alam rahim, dengan cepat dia berubah dan sempurna secara fisik. Sperma yang tidak bernilai itu dengan cepat berubah menjadi manusia yang utuh. Menurut seorang pakar, "Kota yang besar ini dengan ribuan pintu dan gerbang yang menarik, ribuan pabrik, gudang, jaringan pipa, serta berbagai pusat kontrol, hubungan yang rumit dan berbagai tugasnya, pada sebuah sel, termasuk di antara kota terumit dan menakjubkan yang jika kita ingin membangun kota tersebut dengan kinerja yang sama, maka kita memerlukan puluhan ribu hektar, berbagai pabrik dan gedung serta mesin yang sangat rumit untuk mewujudkannya. Akan tetapi menariknya, alam penciptaan mewujudkan semuanya dalam ukuran 15 juta mikromilimeter."
          Jantung, ginjal, paru-paru, dan puluhan ribu kilometer urat dan cabangnya, bertugas menyalurkan air dan makanan untuk lebih dari 100 trilyun lebih sel dalam tubuh manusia. Manusia juga memiliki berbagai indera yang masing-masingnya merupakan tanda kebesaran Allah Swt. Lebih menariknya lagi, ini semua hanya satu bagian dari wujud manusia yaitu dimensi materi. Akan tetapi, ruh manusia hingga kini masih menjadi alam yang tidak dapat dinalar oleh akal. Oleh karena itulah, dengan sendirinya manusia mengucapkan tasbih dan pujian kepada Allah Swt atas kebesaran-Nya. Pengenalan hakiki manusia terhadap dirinya akan menggiringnya untuk mengenal Allah Swt yang merupakan wujud kesempurnaan mutlak.
       "Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan." (Luqman:20)
Di dalam suatu dalil dikatakan bahwa :

“Awwaluddin Ma’rifatullah” (Awal mula seseorang itu beragama, ialah mengenal akan Allah)”.

Dimana seseorang itu wajib hukumnya untuk mengenal akan Allah sebagai langkah awal menuju kesempurnaan beragama. Tanpa mengenal Allah maka Ibadah apapun yang dilakukan bagaimana mungkin bisa dikatakan sampai sedangkan Tujuan nya saja tidak diketahui. Karena itu sangatlah penting sekali pengenalan akan Allah itu di dalam kehidupan ini. Dengan Mengenal akan Allah maka akan dirasakannya Manis Lezatnya ke imanan, dirasakan khusyuknya dalam Amal Ibadah serta Ketenangan Jiwa akan mengalir di dalam dirinya. Menjadikan Pribadi yang ikhlas, sabar, tawakkal serta Ridho dalam menjalani Hidup. Tentu tiada kebahagiaan yang melebihi daripada kebahagiaan para Arif billah/orang yang mengenal akan Allah

Seandainya Allah Swt membukakan akan rahasia keagungan para Arif billah, maka niscaya orang-orang akan tercengang dan terheran-heran serta takjub dibuatnya. Karena Nur yang meliputi diri para Arif billah itu akan memancar menembus sampai ke langit ketujuh. Karena itu lah Allah menutup akan diri para kekasih-kekasihNya itu, sehingga tidak ada yang mengetahui tentang dirinya melainkan hanya Allah dan mereka-mereka yang sama-sama telah sampai pada maqom Ma’rifatullah tsb.

Adapun Manusia-manusia itu untuk sampai kepada pengenalan akan Allah (Ma’rifatullah) maka terlebih dahulu ia haruslah mengenal dirinya yang sebenar-benarnya.

“Man ‘Arofa Nafsahu faqod ‘Arofa Robbahu” (Barang siapa yang mengenal akan dirinya yang sebenarnya niscaya kenal lah ia akan Allah).

Dan tahapan-tahapan yang harus dilalui adalah :

Menundukkan Hawa Nafsu dengan memerangi kesyirikan, kekufuran, kemunafikan, kefasikan dan kemurtadan yang ada di dalam diri dengan menjauhi kesombongan, keingkaran terhadap kebenaran, kebodohan dan ketidak pedulian tentang kebenaran.
Apabila ia telah berhasil di dalam memerangi Hawa Nafsunya tadi maka ia akan di anugrahi Hidayah/petunjuk kepada jalan yang di Ridhoi Allah Swt yaitu jalan menuju kepada Kebenaran Hakikat Muhammad Rosulullah Saw, serta dilengkapi ia dengan sifat-sifat Muhammad Rosulullah Saw yaitu Siddiq, Tabligh, Amanah dan Fathonah serta menjadikan ia Sami’na wa atho’na.
Apabila ia tetap Istiqomah pada tahapan ke-1 dan ke-2 itu maka ia akan disesuaikan oleh Allah Swt dengan Hukum Sunatullah yang berlaku di dalam kehidupan ini. Maka tetapkanlah kesabaranmu di dalam Hukum Allah Swt itu. (Tawakkal/berserah diri kepada Allah dengan meyakini bahwa apa yang terjadi atas dirinya, itu semua Qudrat Iradat Allah Swt semata). Bersabarlah! Dan pasrahkanlah dengan sebenar-benarnya, dan berlaku kasih sayanglah kepada sesama Saudara Mu’min serta menjadilah Rahmat bagi Makhluk Allah Swt yang lain. Tetapi ingatlah!!!, sesungguhnya banyak di antara orang Mu’min Hamba-hamba Allah itu yang terlena di dalam tahapan ini, artinya mereka yang takjub dan hilang kesadaran dirinya karena sangat mempesonanya keindahan-keindahan dan kemuliaan-kemuliaan Allah Swt yang dinyatakan/ditampakkan oleh Allah berupa karomah-karomah membuat ia lupa akan Allah Swt yang menganugrahkan kelebihan-kelebihan itu sehinggan Karomah itulah yang menjadi maksud dan tujuannya. Lalu lupa ia kepada tujuan yang sebenarnya yaitu Allah Swt yang menurunkan Karomah itu. Maka jatuhlah ia kepada jurang kefasikan, kembali dikuasai oleh Hawa Nafsunya. “Laa Hawla wa Laa Quwwata Illa Billah………….”. Berhati-hatilah di dalam tahapan ini!!!!, tidak ada seorangpun yang selamat dalam tahapan ini melainkan mereka yang benar di dalam memasrahkan segala sesuatunya kepada Allah Swt, sehingga jadilah Allah sebagai penolongnya dan hanya Allah lah sebaik-baik penolong bagi orang-orang Mu’min.
Kemudian apabila ia telah sampai kepada tahapan itu dengan selamat dan ia senantiasa di dalam kesabaran serta selalu berhati-hati di dalam Musyahadahnya (Penyaksiannya), maka akan tersingkaplah segala Kebenaran Hakikat Muhammad Rosulullah Saw dengan sendirinya tanpa ia memaksakan kehendaknya untuk menyingkap tirai itu. Artinya ; Kebenaran Hakikat Muhammad Rosulullah Saw itu sendiri yang akan datang menjemputnya untuk di bawa naik (Mi’raj) menuju Alam yang tiada Batas dan dihampirkannnya kepada Kebenaran yang membawa Rahmat yaitu Nurun Ala Nurin sumber segala hakikat-hakikat yang ada termasuk Hakikat Diri atau Hakikat Muhammad. Lalu timbul lah kecintaan yang amat sangat dalam kepada Muhammad Rosulullah Saw, rindu yang tiada habis-habisnya dan diwujudkannya di dalam gerak dan diamnya dengan Sholawat dan puji-pujian kepada Rosulullah Saw. Kecintaannya yang sangat dalam kepada Rosulullah Saw terasa nikmat sekali dirasakannya, sehingga tiada nikmat apapun yang dapat menyamai kenikmatan cinta Rosulullah Saw. Racun kerinduan rela dan ikhlas diminumnya karena kemabukkannya tiada bandingannya. Kemabukkan cinta itulah yang mengahantarkan dirinya kepada Robbul Izzati untuk berkasih-kasihan memadu cinta yang telah lama terpendam.
Dengan tahapan-tahapan itu akan sampai lah ia kepada Memandang Zat Maha Mutlak yang tiada tara keagungan dan kebesaran-Nya, yang Esa dalam ke Esa annya, dimana segala sesuatu bergantung kepada-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tiada satupun yang menyamai-Nya.

Ketika para Pecinta Allah sudah asyik di dalam pandang memandang, maka Allah akan mendudukan ia pada “Maqom Muroqobah” sebagai jalan terbukanya Tirai “Kebenaran Hakiki/Mukassyafaturrobbani”. Itulah Akhir dari pada pengembaraan dan perjalanan dan Itulah Puncak segala Puncak kenikmatan dan kebahagiaan.

Maka sampailah ia kepada Hakikat di atas Hakikat yaitu Zat Maha Mutlak yang tidak bisa di ganggu gugat dari segala apa pun tentang diri-Nya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

Asyhadu Anlaa ilaa ha illallah Wa Asyhadu Anna Muhammadurrosulullah.
     
 

Doa

1) اَلَّلهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيْرًا خَالِدًا مَعَ خُلُوْدِكَ، لاَ مُنْتَهَى لَهُ دُوْنَ عِلْمِكَ، وَلَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا دَائِمًا لاَمُنْتَهَى دُوْنَ مَشِيْئَتِكَ، وَلَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا لاَ اَجْرَ لِقَائِهِ اِلاَّ رِضَاكَ، وَلَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا مَلِيًّا عِنْدَ كُلِّ طَرْفَةِ عَيْنٍ وَتَنَفُسِ نَفْسٍ، الَلَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَيْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى الِ اِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اَلِ اِبْرَاهِيْمَ، فِى الْعَالمَِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

Ya Allah segala puji bagimu yang kekal dengan kekekalanmu yang tidak ada akir tanpa pengetahuanmu, bagimu segala puji tidak ada akirnya tanpa kehendakmu, bagimu segala puji tidak ada yang menyampaikannya tanpa ridhamu, bagimu segala puji yang diucapkan oleh setiap yang memiliki mata, dan setiap yang bernapas, ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada nabi muhammd dan keluarganya, sebagaiman engaku berikan kepada kesejahteraan Kepada Ibrahin dan keluargaanya, ya Allah berkatilah nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana engakau berkaiti Ibrahim dan keluarganya, bagimulah segala pujian yang mulia dialam semasta ini.

2) اَلَّلهُمَّ اجْعَلْ سَرِيْرَاتِيْ، خَيْرًا مِنْ عَلاَنِيَتِيْ، وَاجْعَلْ عَلاَنِيَتِيْ صَالِحَةً، اَلَّلهُمَّ اِنِّي اَسْأَلُكَ مِنْ صَالِحٍ مَاتُؤْتِى النَّاسَ مِنَ المْاَلِ، وَاْلاَهْلِ، وَالْوَلَدِ، غَيْرَ ضَالٍ، وَلاَ مُضَلٍّ

Ya Allah, jadikanlah yang tidak nampak dariku lebih baik dari pada apa yang nampak, dan jadikanlah yang nampak dariku menjadi kebaikan, ya Allah aku meminta dari kebaikan yang engkau berikan kepada manusia dari harta, keluarga, anak yang tidak sesat dan menyesatkan

3) اَلَّلهُمَّ اقْذِفَ فِي قَلْبِيْ رَجَاءَكَ، وَاقْطَعْ رَجَائِيْ عَمَّنْ سِوَاكَ، حَتَّى لاَاَرْجُوَ اَحَدًا غَيْرَكَ، فَاَنْتَ مَوْلاَيَ وَوَلِيِّي فِى الدُّنْيَا وَالْاَخِرَةِ، يَاذَا الْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ، اَلَّلهُمَّ اجْعَلْنِيْ اُعَظِّمُ شُكْرَكَ، وَاَكْثَرُ ذِكْرَكَ، وَاَتَّبِعُ نَصِيْحَتَكَ، وَاَحْفَظُ وَصِيَاتَكَ

Ya Allah isilah hatiku dengan pengharapan kepadamu, dan putuskanlah harapanku selain dari engkau, hingga aku tak mengharapkan seorangpun selainmu, engkaulah tuhanku, dan pembimbingku dunia dan akiriat, wahai yang memiliki kemulian dan keagunggan, ya Allah jadikanlah aku banyak bersyukur kapadamu, berzikir dan mengikuti nasehatmu, dan menjaga wasiatmu

 (4) اَلَّلهُمَّ اَنْتَ رَبِّي لاَ اِلَهَ  اِلاَّ اَنْتَ خَلَقْتَنِيْ، وَاَنَا عَبْدُكَ، وَاَنَا عَلَى عَهْدِكَ، وَوَعْدِكَ، مَا اسْتَطَعْتُ، اَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَاصَنَعْتُ، اَبُوْأُ بِنِعْمَتِكَ عَلَى، وَاَبُوْءُ بِذَنْبِيْ، فَاغْفِرْلِيَ، فَاِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلاَّ اَنْتَ

Ya Allah, engkaulah Rabbiku, tidak ada tuhan selainmu, engkau yang menciptakanku, aku hambamu, aku berada dalam genggamanmu, sungguh aku tak mampu, aku berlindung kepadamu dari keberukan yang ku lakukan, aku sombong dengan nikmatmu, aku sombong denga dosaku, maka ampunilah aku, sungguh tidak ada yang mengapuniku selain engkau.

5) اَلَّلهُمَّ اَنْتَ رَبِّيْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ  اَنْتَ، عَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَاَنْتَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، مَاشَاَ اللهَ كَانَ، وَمَا لَمْ يَشَاْ لَمْ يَكُنْ، وَلاَ حَوْلاَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِااللهِ الْعَلِىِّ الْعَظِيْمِ، اَعْلَمُ اَنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ، وَاَنَّ اللهَ قَدْ اَحَاطَ بِكُلِّ شَيْئٍ عِلْمًا، اَلَّلهُمَّ اِنِّي اَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي، وَمِنْ شَرِّ كُلِّ دَابَّةِ، اَنْتَ اَخِذٌ بِنَاصِيَاتِهَا، اِنَّ رَبِّيْ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ

Ya Allahو engkaulah tuhanku tidak ada tuhan selain engkau, kepadamulah aku menyerah, engkaulah tuhan Arasy yang agung, apa yang engkau kehendaki jadi, dan apa yang tidak engkau kehendaki tidak akan jadi, tiada daya tiada upaya kecuali dengan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung, aku tahu bahwa sesungguhnya Allah berkuasa atas segalanya, dan aku tahu Allah mengetahui segalanya, Ya Allah aku berlindung dari keburukan nafsuku, dari keburuk semua yang melata, engkaulah yang menentukannya, sesungguhnya tuhanku adalah benar

6) اَلَّلهُمَّ اِنِّيْ اَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ كُلِّهِ، عَاجِلِهِ وَاجِلِهِ، مَاعَلِمْتُ مِنْهُ، وَمَالَمْ اَعْلَمُ، وَاَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَرِّ كُلِّهِ، عَاجِلِهِ وَاَجِلِهِ، مَاعَلِمْتُ مِنْهُ وَمَالَمْ اَعْلَمُ

Ya, Allah berikanlah seluruh kebaikan kepadaku, yang cepat atau lambat, baik yang ku ketahui atau tidak dan aku berindung kepadamu dari seluruh keburukan, yang cepat atau lambat, baik yang aku tahu atau tidak

اَلَّلهُمَّ اِنِّي اَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرٍ، مَاسَأَلَكَ بِهِ عَبْدُكَ، وَنَبِيُّكَ، مُحَمَّدٌ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَاَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَااسْتَعَاذَ بِهِ عَبْدُكَ، وَنَبِيُّكَ، مُحَمَّدٍ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Ya Allah, berikanlah kebaikan kepadaku, apa saja yang telah diminta oleh hambamu, dan nabimu Muhammad Saw

اَلَّلهُمَّ اِنِّي اَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ، وَمَايُقَرِّبُنَا اِلَيْهِ مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ، وَاَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ، وَمَا يُقَرِّبُنَا اِلَيْهِ مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ، وَاَنْ تَجْعَلْ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ اِلَيَّ خَيْرًا

Ya Allah jadikan aku sebagai penghuni surga, dan segala yang mendekatkan ku pedanya dari perkataan dan perbuatan, dan aku berlindung dari nerakamu, dan dari segala yang mendekatkanku kepadanya, dari perkataan dan perbuatan, dan jadikanlah setiap ketetapan yang engkau tetapkan kepadaku menjadi baik

7) اَلَّلهُمَّ اجْعَلْ خَيْرًا عُمْرِيْ اَخِرَهُ، وَخَيْرَ عَمَلِ خَوَاتِمَهُ، وَخَيْرَ اَيَّامٍ يَوْمَ اَلْقَاكَ

Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku pada akirnya, dan sebaik-baik amalku pada penghabisanya, dan sebaik-baik hari , hari aku bertemu denganmu

Dahsyatnya Sholat

Jiwa manusia seringkali dilanda berbagai penyakit seperti gelisah, resah, marah,atau takut yang berlebihan, dan juga putus asa. Manusia punya kecendrungan untuk berkeluh-kesah ketika menghadapi keaulitan atau musibah dan bersikap abai serta tidak bersyukur ketika mendapat kebaikan. Semua itu mwrupakan penyakit yang dapat mengotori kesucian jiwa. Allah tidak akan mengangkat penyakit itu kecuali dari orang yang senantiasa mendirikan shalat. Orang yang taat mendirikan shalat secara khusuk dan penuh ketundukan kepada Allah niscaya akan terbebas dari penyakit hati itu, karena ia selalu berusaha menyucikan hati dan jiwanya agar bisa terus terhubung kepada Allah Yang Maha Suci. (Dr. Jamal Elzaki dalam Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah)

Jumat, 18 Juli 2014

Suara Hati dalam Penantian

Semilir risau bertengger di tepian hati.
Yang kini ingin tergores dalam tataran aksara baca.
Bukan hanya sekedar menjadi kembang yang dihisab kumbang lalu terbang.
Perihal hati dan sangkar yang akan mengurung dari segala nista.
Sandaran yang menyamankan tuk beribadah.
Sayap yang membumbungkannya ke ridho Allah.
Begitulah bintik-bintik cerca yang melambai dan menderas.
Kau ingin yang bagaimana ?
Jika hanya harta, maka aku akan hina puan.
Jika hanya rupawan, maka kelak ia kan mengerut dan lisut hingga liang lahat.
Jika hanya jabatan, maka aku hanya budak dunia.
Kado yang kudamba isinya sholeh, bukan apa-apa.
Dinda tidak menolak yang situ anggap sempurna dalam kaca mata dunia.
hanya menginginkan yang didamba.
Allah telah menetapkan penantian panjang karena sesuatu yang penting.
Agar mempertemukan dengan yang akan membawa mu pada-Nya.

Sabar itu lebih indah, maka selimuti ia dalam keseharian.
Takwa itu lebih menawan, maka jadikan perhiasan dalam penantiaan.
Semua dicipta berpasangan, ada atau tidak di dunia itu urusan Tuhan.
tugas dinda hanya menjadi pengabdi yang tulus menjalankan titah-Nya


Kamis, 10 Juli 2014

Surat Cinta dari Indonesia hingga Gaza

kepada mu saudara yang kucintai karena Allah.
karena ghirah jihad mu yang membumbung tinggi tuk menatap wajah Allah.
karena kepasrahan mu yang kalian bentangkan hanya pada Allah.
karena kokohnya hatimu mempertahankan tanah suci al-Quds, Palestina.
karena daya juang mu yang membara tuk membebaskan Palestina.
karena semua yang ada padamu saudaramu, membuat cinta itu membubuhi tiap buliran air mata ini.

malam ini bersemayam foto-foto kesyahidanmu, aku kembali terhenyak.
oooo Allah lihatlah lagi-lagi ada yang menjadi tamu Agung Mu, bagaimana dengan ku ? sungguh kalian adalah yang membuat ku sadar wahai saudaraku.

malam ini ku simak satu persatu tubuh mu yang menghitam karena ledakan bom, darah yang tersimbah karena senapan, daging yang tercabik karena sayatan, tubuh yang memar karena hantaman demi hantaman. Aku tersungkur dan hanyut dalam rasa menentu tapi amat perih dan melukai jiwa. aku bukan siapa-siapa duhai saudaraku, aku bukanlah hartawan yang mampu bersumbangsih lebih untuk keperluan makan, senjata, dan membangun kembali rumah-rumah mu, bukan juga orang kuat untuk turut membantu menguatkan jihad mu disana, bukan siapa-siapa. Aku hanya satu sayap dari kalian yang mampu menompang dengan do'a, tulisan, dan cara-cara bodoh yang ku anggap itu dapat menyokong pertahanan kalian. duhai saudaraku.

aku tidak sedang bersyair mesra, duhai saudaraku nan sedang berjuang di tanah jihad sana.
aku sedang menumpahkan gundah gulana ku yang telah bernanah karena selalu menyaksikan kalian bersimbah kesakitan, kelaparan, kedinginan, sesak oleh tank-tank laknatullah.

Kepada anak yang kehilangan ibu dan ayah. tenanglah saudaraku orang tua mu tengah bergembira dalam sajian Allah dialam lain.
Kepada ayah dan Ibu yang kehilangan anak. tenanglah bu, anakmu kelak akan menerbangkanmu ke syurga.
kepada adik yang kehilangan kakak dan sebaliknya, tenanglah sahabat ku di jalan Allah, saudaramu tengah bermain asyik di taman nan indah di alam lain.

semoga Allah menguatkan kalian disana, saudaraku
semoga Allah mencurahkan sabar dengan kesabaran yang terbaik, saudaraku
semoga Allah menyelimuti dinginnya malam dengan selimut rahmat-Nya, saudaraku
semoga Allah meridhoi kebersaman kita di taman firdaus-Nya kelak sebagai jama'ah nan syahid dalam membesarkan nama Allah di muka bumi.
Allahumma Anshur Ikhwanina, mujahidin Fi Palestine
amin. amin. amin

salam kami saudaramu, dari Indonesia hingga Gaza penuh cinta dan do,a.
Sulastriya Ningsi, 10 Juli 2014

Selasa, 17 Juni 2014

Jaringan Iblis Liberal


JARINGAN IBLIS LIBERAL

 
Diabolisme Intelektual

DiƔbolos adalah 'iblis. Sebagaimana kita ketahui, ia dikutuk dan dihalau karena menolak perintah Tuhan dan bersujud kepada Adam. Tapi dia bukan atheist atau ragu pada Tuhan

Oleh Dr. Syamsuddin Arif,MA *

DiƔbolos adalah Iblis dalam bahasa Yunani kuno, menurut A. Jeffery dalam bukunya the Foreign Vocabulary of the Qur'an, cetakan Baroda 1938, hlm. 48. Maka istilah "diabolisme" berarti pemikiran, watak dan perilaku ala Iblis ataupun pengabdian padanya. Dalam kitab suci al-Qur'an dinyatakan bahwa Iblis termasuk bangsa jin (18:50), yang diciptakan dari api (15:27). Sebagaimana kita ketahui, ia dikutuk dan dihalau karena menolak perintah Tuhan untuk bersujud kepada Adam. Apakah Iblis atheist? Tidak. Apakah ia agnostik? Tidak. Iblis tidak mengingkari adanya Tuhan. Iblis tidak meragukan wujud maupun ketunggalan-Nya. Iblis bukan tidak kenal Tuhan. Ia tahu dan percaya seratus persen. Lalu mengapa ia dilaknat dan disebut 'kafir'? Di sinilah letak persoalannya.

Kenal dan tahu saja, tidak cukup. Percaya dan mengakui saja, tidak cukup. Mereka yang kafir dari kalangan Ahli Kitab pun kenal dan tahu persis siapa dan bagaimana terpercayanya Rasulullah SAW, sebagaimana orangtua mengenali anak kandungnya sendiri (ya'rifunahu kama ya'rifuna abna'ahum). Namun tetap saja mereka enggan masuk Islam.

Jelaslah bahwa pengetahuan, kepercayaan, dan pernyataan harus disertai dengan kepatuhan dan ketundukan, harus diikuti dengan kesediaan dan kemauan untuk merendah, menurut dan melaksanakan perintah. "Knowledge and recognition should be followed by acknowledgement and submission, " tegas Profesor Naquib al-Attas.

Kesalahan Iblis bukan karena ia tak tahu atau tak berilmu. Kesalahannya karena ia membangkang (aba, QS 2:34, 15:31, 20:116), menganggap dirinya hebat (istakbara, QS 2:34, 38:73, 38:75), dan melawan perintah Tuhan (fasaqa ?an amri rabbihi, QS 18:50). Dalam hal ini, Iblis tidak sendirian. Sudah banyak orang yang berhasil direkrut sebagai staf dan kroninya, berpikiran dan berprilaku seperti yang dicontohkannya.

Iblis adalah 'prototype' intelektual 'keblinger'. Sebagaimana dikisahkan dalam al-Qur'an, sejurus setelah ia divonis, Iblis mohon agar ajalnya ditangguhkan. Dikabulkan dan dibebaskan untuk sementara waktu, ia pun bersumpah untuk menyeret orang lain ke jalannya, dengan segala cara.

"Hasutlah siapa saja yang kau bisa dari kalangan mereka dengan seruanmu. Kerahkan seluruh pasukanmu, kavalri maupun infantri. Menyusuplah dalam urusan keuangan dan keluarga mereka. Janjikan mereka [kenikmatan dan keselamatan]!" Demikian difirmankan kepada Iblis (QS 17:64).

Maka Iblis pun bertekad: "Sungguh akan kuhalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Akan kudatangi mereka dari arah depan dan belakang, dari sebelah kanan dan kiri mereka!" (QS 7:16-17). Maksudnya, menurut Ibnu ?Abbas ra, Iblis bertekad untuk menyesatkan orang dengan menebar keraguan, membuat orang ragu dan lupa pada akhirat, alergi dan anti terhadap kebaikan dan kebenaran, gandrung dan tergila-gila pada dunia, hobi dan cuek berbuat dosa, ragu dan bingung soal agama (Lihat: Ibn Katsir, Tafsir al-Qur'an al-?Az?im, cetakan Beirut, al-Maktabah al-?As?riyyah, 1995, vol. 2, hlm. 190).

Tidak sulit untuk mengidentifikasi cendekiawan bermental Iblis. Sebab, ciri-cirinya telah cukup diterangkan dalam al-Qur'an sebagai berikut. Pertama, selalu membangkang dan membantah (6:121). Meskipun ia kenal, tahu dan faham, namun tidak akan pernah mau menerima kebenaran. Seperti ingkarnya Fir'aun berikut hulu-balangnya, zulman wa 'uluwwan, meskipun dan padahal hati kecilnya mengakui dan meyakini (wa istayqanat-ha anfusuhum).

Maka selalu dicarinya argumen untuk menyanggah dan menolak kebenaran demi mempertahankan opininya. Sebab, yang penting baginya bukan kebenaran, akan tetapi pembenaran. Jadi, bukan karena ia tak tahu mana yang benar, tetapi karena ia memang tidak mau mengikuti dan tunduk pada kebenaran itu. Jadi jangan heran bila selalu saja ada cendekiawan yang meskipun nota bene Muslim, namun sifatnya seperti itu. Ideologi dan opini pemikirannya yang liar lebih ia pentingkan dan ia pertahankan ketimbang kebenaran dan aqidah Islamnya.

Dalam tradisi keilmuan Islam, sikap membangkang semacam ini disebut juga al-'inadiyyah (Lihat: Abu Hafs Najmuddin Umar ibn Muhammad an-Nasafi (w. 537 H/1142 M), al-'Aqa'id, dalam Majmu? min Muhimmat al-Mutun, Kairo: al-Matba'ah al-Khayriyyah, 1306 H, hlm. 19).

Kedua, intelektual diabolik bersikap takabbur (sombong, angkuh, congkak, arrogans). Pengertian takabbur ini dijelaskan dalam hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (no.147): "Sombong ialah menolak yang haq dan meremehkan orang lain (al-kibru batarul-haqq wa ghamtu n-nas)".

Akibatnya, orang yang mengikuti kebenaran sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an atau hadis Nabi SAW dianggapnya dogmatis, literalis, logosentris, fundamentalis, konservatif dan lain sebagainya.

Sebaliknya, orang yang berpikiran liberal, berpandangan relativistik dan skeptis, menghujat al-Qur'an maupun Hadis, meragukan dan menolak kebenarannya, justru disanjung sebagai intelektual kritis, reformis dan sebagainya, meskipun terbukti zindiq, heretik dan bermental Iblis.

Mereka bermuka dua, menggunakan standar ganda (2:14). Mereka menganggap orang beriman itu bodoh, padahal merekalah yang bodoh dan dungu (sufaha'). Intelektual semacam inilah yang diancam Allah dalam al-Qur'an : "Akan Aku palingkan mereka yang arogan tanpa kebenaran itu dari ayat-ayat-Ku. Sehingga, meskipun menyaksikan setiap ayat, tetap saja mereka tidak akan mempercayainya. Dan kalaupun melihat jalan kebenaran, mereka tidak akan mau menempuhnya. Namun jika melihat jalan kesesatan, mereka justru menelusurinya" (7:146).

Ciri yang ketiga ialah mengaburkan dan menyembunyikan kebenaran (talbis wa kitman al-haqq). Cendekiawan diabolik bukan tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Namun ia sengaja memutarbalikkan data dan fakta. Yang batil dipoles dan dikemas sedemikian rupa sehingga nampak seolah-olah haq.

Sebaliknya, yang haq digunting dan di'preteli' sehingga kelihatan seperti batil. Ataupun dicampur-aduk dua-duanya sehingga tidak jelas lagi beda antara yang benar dan yang salah. Strategi semacam ini memang sangat efektif untuk membuat orang lain bingung dan terkecoh.

Contohnya seperti yang dilakukan oleh para pengasong gagasan inklusivisme dan pluralisme agama. Mereka mengutip ayat-ayat al-Qur'an (2:62 dan 5:69) untuk menjustifikasi pemikiran liarnya, untuk mengatakan semua agama adalah sama, tanpa mempedulikan konteks siyaq, sibaq dan lihaq maupun tafsir bi l-ma'tsur dari ayat-ayat tersebut.

Sama halnya yang dilakukan oleh para orientalis Barat dalam kajian mereka terhadap al-Qur'an dan Hadis. Mereka mempersoalkan dan membesar-besarkan perkara-perkara kecil, mengutak-atik yang sudah jelas dan tuntas, sambil mendistorsi dan memanipulasi (tahrif) sumber-sumber yang ada. Hal ini tidak terlalu mengejutkan, mengingat kebanyakan mereka adalah Yahudi dan Nasrani yang karakternya telah dijelaskan dalam al-Qur'an 3:71, "Ya ahla l-kitab lima talbisuna l-haqq bi l-batil wa taktumu l-haqq wa antum ta'lamun?" Yang sangat mengherankan ialah ketika hal yang sama dilakukan oleh mereka yang zahirnya Muslim.            

Karena watak dan peran yang dilakoninya itu, Iblis disebujuga Setan (syaytan), kemungkinan dari bahasa Ibrani 'syatan', yang artinya lawan atau musuh (Lihat: W. Gesenius, Lexicon Manuale Hebraicum et Chaldaicum in Veteris Testamenti Libros). Dalam al-Qur'an memang ditegaskan bahwa setan adalah musuh nyata manusia (12:5, 17:53 dan 35:6). Selain pembangkang ('asiyy), setan berwatak jahat, liar, dan kurang ajar (marid dan marid). Untuk menggelincirkan (istazalla), menjerumuskan (yughwi) dan menyesatkan (yudillu) orang, setan juga memakai strategi. Caranya dengan menyusup dan mempengaruhi (yatakhabbat), merasuk dan merusak (yanzagh), menaklukkan (istahwa) dan menguasai (istah'wadza), menghalang-halangi (yasudd) dan menakut-nakuti (yukhawwif), merekomendasi (sawwala) dan menggiring (ta'uzz), menyeru (yad'u) dan menjebak (yaftin), menciptakan imej positif untuk kebatilan (zayyana lahum a'malahum), membisikkan hal-hal negatif ke dalam hati dan pikiran seseorang (yuwaswis), menjanjikan dan memberikan iming-iming (ya'iduhum wa yumannihim), memperdaya dengan tipu muslihat (dalla bi-ghurur), membuat orang lupa dan lalai (yunsi), menyulut konflik dan kebencian (yuqi'u l-'adawah wa l-baghda'), menganjurkan perbuatan maksiat dan amoral (ya'mur bi l-fahsya' wa l-munkar) serta menyuruh orang supaya kafir (qala li l-insani-kfur).

Nah, trik-trik inilah yang juga dipraktekan oleh antek-antek dan konco-konconya dari kalangan cendekiawan dan ilmuwan. Mereka disebut awliya' al-syaytan (4:76), ikhwan al-syaytan (3:175), hizb al-syaytan (58:19) dan junudu Iblis (26:94). Mereka menikam agama dan mempropagandakan pemikiran liar atas nama hak asasi manusia (HAM), kebebasan berekspresi, demokrasi, pembaharuan, pencerahan ataupun penyegaran.

Semua ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru atau pertama kali terjadi, seperti segera diketahui oleh setiap orang yang membaca sejarah pemikiran Islam. Semuanya merupakan repetisi dan reproduksi belaka. History repeats itself, kata pepatah bule. Hanya pelakonnya yang beda, namun karakter dan perannya sama saja. Ada Fir'aun dan ada Musa as. Muncul Suhrawardi al-Maqtul, tetapi ada Ibn Taymiyyah. Lalu lahir Hamzah Fansuri,  namun datang ar-Raniri, dan seterusnya.

Al-Qur'an pun telah mensinyalir: "Memang ada manusia-manusia yang kesukaannya berargumentasi, menghujat Allah tanpa ilmu, dan menjadi pengikut setan yang durhaka. Telah ditetapkan atasnya, bahwa siapa saja yang menjadikannya sebagai kawan, maka akan disesatkan olehnya dan dibimbingnya ke neraka" (22:3-4). Maka kaum beriman diingatkan agar senantiasa menyadari bahwa "sesungguhnya setan-setan itu mewahyukan kepada kroninya untuk menyeret kalian ke dalam pertengkaran. Jika dituruti, kalian akan menjadi orang-orang yang musyrik" (6:121). Ini tidak berarti kita dilarang berpikir atau berijtihad. Berpendapat boleh saja, asal dengan ilmu dan adab. Wallahu a'lam.

*Penulis adalah peneliti INSISTS, kini menempuh program doktor keduanya di Universitas Frankfurt, Jerman


Sumber: www.nojil.8m.net




Rabu, 11 Juni 2014

Bulir-Bulir Thaharah Hati

Cintamu laksana cahaya,

membiaskan rindu yang bertahmid,

di antara tabir ilusi duniawi,

kau susuri langit azali-Nya…



Dahaga kasihmu hawa,

memimpikan salsabila cinta-Nya,

hingga kulzum fatamorgana,

kau ingkari demi redha-Nya,



Zahir ikhlas kasihmu,

bersanding dzikir-dzikir ma’rifah,

sebagai peneguh rindu tak bernoda,

ikrar setia cintamu pada-Nya…



Lembaran tasawwuf hatimu,

menitiskan janji yang bertauhid,

pengikat hatimu hati-Nya,

syahadah satu cinta yang bertahta…



Bias-bias tarekat cinta,

menghijrahkan rindu ke tujuh langit-Nya,

sahaya dirimu yang fana,

merekah dalam kuntuman zuhudmu…



Wahai hawa, terjagalah dirimu

dengan hijab-hijab cinta,

pengungkap saujana tak berjarak,

merengkuh mawar-mawar shirat-Nya,

tuk memandang Dia kekasihmu…

Kala kuasar rindu di etala langit jingga,
memantulkan kasih yang bertafakur
dalam binal butiran tasbih…
Binar jauziyah malam
merunduk lembut di putik
nafsi yang berdzikir,
ketika kuteguhkan harap dan doa
dalam sujud akhirku,
menjadi titis thaharah  cinta
Mengadu untuk ketetapan pilihanNya…
Sebersik rasa yang menjajah,
menyibak sayap-sayap mujahadah hati,
sebagai keteduhan dalam ketundukan
di balik mihrab penantianku…
Ketika siraj kerinduan merengkuh hadirmu,
di atas singgasana ta’assub iman,
Semua sirna dalam keinsyafan .