Selasa, 24 September 2013

Kecumbung Nilai Luhur



Oleh: Sulastriya Ningsi

Berpenyangga kaum seni tradisi
Tradisi minum obat kuat seni
kaum dia mengharum tradisi
seni alat tokok pokok  kokok kaum

akrabi tabir-tabir tayangan
dekapi gelora-gelora akal
sesaki hasrat-hasrat qalbu
memaki sesat-sesat aliran
semua satu bertunggal
berbhineka hanya aral

karenanya….
tumpah kebahagiaan, pecah kesedihan, kawah kemarahan, ruah kekhawatiran
jadi dia, dia jadi, menjadi dia, dia menjadi, menjadi-jadi dia, dia menjadi-jadi
Sunan Gunung Jati…..
Pucung menyamar hati, pucung bisa apa saja jadi
Wayang Golek Cepak kawin iringan gamelan sekaten
Lahir rayuan-rayuan kebaikan
Mengisakkan dosa-dosa penyesalan
Menyabet ridho Tuhan penuh harapan
Itu buatan untuk iman dari seniman musiman zaman

Domain tak kenal domain
Rasa, cipta, karsa berbicara
Belajar tuan dan tuan mengajar
Berkasih mesra etika dan estetika
Menyemat cinta menambang karsa, cipta, rasa
Di sela serat-serat budaya
Bernafas citra hembuskan oksigen kebersamaan

dia  aset gemar dipelihara
dibuai tangan lembut waktu
ditimang  momentum baku
realitas ambang punya panca indera dan nilai
jadi mata air sumber daya kultural
menggejala jala ekspresi jiwa-jiwa permai
menimang visi misi peradaban yang kaffah berislam

Singsingan Peradaban Mulia



Bangun ruang membuah bibir
Dari Timur Tengah, Eropa, hingga Asia
Kaligrafi Sultan menyeruak gempar
menyibak corak peradaban manusia
kian diburu, menginspirasi, berpeluh apresiasi
Seniman muslim gegap gempita, kemilau gemerlap di beranda gelap
Menelurkan ruh artistik fenomenal
Bumi salut, Tuhan pun ikut menyimak
Sungkan carut marut
Enggan sumpah serapah
Tolak  nafsu birahi sampah
Sarat cuma dengan hikmah-hikmah
Memancing tasbih, tahmid, lantunan Allahu Akbar

Fase gemilang di paru-paru dinasti Abbasiyah kini telah hilang
kaca cameo di curi teknologi Barat
semula di ada di kandungan Arab
fitrah yang condong pada keindahan
pribadi besar telah menuangkan karya massif di jalan Allah
dengan seni menawan setiap hati tertawan
tetap pada koridor-koridor syari’ah

kau tahu seni Persia ?
disana sesak syair  puja-puja Rasul saja
bagi diri yang tahu diri, itulah pahala
manifestasi tauhid pokok utama
umat harus tahu agar selamat akhirat dan dunia
semua dalam buliran seni akan semakin memukau nuansa
terbina karakter Syiar La ilaha illa Allah

Aku diantara Artefak dan Digital



Oleh: Sulastriya Ningsi

Karena budaya aku menyublim disana
Bukan Byzantium, Romawi tidak juga
Disini era remang-remang
Jiwa yang luhur ada kelakar disana
Bukan Firaun, Qarun tidak juga
Begini zaman peraduan
Bukan purba, modern tidak juga
Kesini kesana juga tetap lama
Namun setiap dera terlukis nilai sastra

Aku mengapung di eter nuansa….
Globalitas menjadi figur namun akhlak luntur
Westernitas sosok tenar namun syari’ah pudar
Materialis paham kesayangan namun jiwa berantakan
Korupsi ajang kompetisi namun perut rakyat tak terisi
Semua curang sebab enggan dengan seni suci
Bersih hati seputih melati, kemuning jadi seperti tahi
Teganya mereka ingkari Tuhan yang Maha Tinggi

Sejak renaisans sekularisasi gerogoti budaya Islam
Jalaludin ar rumi kecewa, gemparkan Tanya
Mana Tabriz lagi yang merajut peradaban bangsa
Siapa punya al matsnawi yang meniti gugahan iman
Bukan pula kemolekan dara-dara Arya yang kucelinguk
Tapi Al farabi si empu al musikal al kabir dan Qonun
Yang dayukan simfoni kecapi dzikir dan firman-firman Ilahi
Umar khayyam  punya ritme yang diekori  penyair dunia
Pemuda Islam pekak mengenali tuk dengungkan kalimah-Nya
Bukan Lady Gaga dengan lirik-lirik setannya
Aku terpaku pada pilar puisi Persia gubahan Hafiz shirazi
Pemandu arah merealisasi  asa umat mulia
Syekh Quthb  telah tiada, bersama Ma'alim fi tariq dia kekalkan nama di dunia
Bahkan Sunan Kali jogo hadir di Indonesia
Dengan wayang mediator dakwahnya
Pakai gaun budaya ia lekatkan diri pada takwa
Semua  kental pesona yang bermakna ibadah
Aku jatuh cinta….

Mumpung muda dilumuri karya
Beranda beringsut melambai hasrat jumpa
Kalau muda manipulasi waktu
Bau tanah menyingsing lengan aroma syahdu
Ini bukan artefak, digital belum sempurna
Karena satu belum tauhid dan nol masih takut mati
Aku arwah nyata bergentayang di jasad dunia perantara

TARBIYAH TUHAN



Oleh: Sulastriya Ningsi


Mematri diKau penuh seluruh
Kian menggeliat tuk sentilkan tambur imijinasi
Mengembara di arakan hati
Asa menyusup di lubang tepas
Rasa tersita di secarik kertas
Tinta keramat menjalar di puing-puing helaian
Tertoreh sebuncah harapan pujangga hina
Karena Dia yang membumbung agung tuk bisa dicinta
Hanya dengan seni aku bisa bercerita
Dalam teater kata yang dilumat seadanya

Disebab kacung masih terpancung
Menguras oase kalbu pilu menahun
Meredam gesa mendulang sabar
Mengubur nista membongkar mulia
Menanam takwa mencabut nestapa
Mengalirlah damai di sungai tenang
Mengintai zamrud syurga bisa dipulung

Taburkan benih kebaikan kian subur
Menjaga bangsa lewati gang genk takwa
Memintal murka butuh budaya berpoles syari’ah
Bawa mereka ke gelanggang Jannah
Kini silaku terpahat meratap kuat
Lototan lautan firman suci berkelabat.

Astaghfirullah…!
Dungu memanjakanku
Hingga derita terjulur bersemburan
Ragaku terpental, sukmaku terjungkal
Ubun-ubun terantuk tembok hambar
Akal terpasung rentetan linier
Tuhan pun Maha Cerdas, mengapa kita didongkrak kebodohan
Pengajaran pula sarat artistik, menyeni, lembut, subtil, bertalenta, dan hebat
Tolok ukur menyemai ilmu dan amal
Mensintesis jelma menawan rupa negara
Mengaum, mengguruh, menerpa tiap sudut kehidupan