Aktifitas itu terus berulang. Dari pagi hingga malam. Jika kegiatan yang sifatnya diorientasikan untuk dunia saja yang diperturutkan maka Allah akan menyibukkan kita dengan dunia. Aku tidak mau ini terjadi kepada kehidupanku. untuk itu, aku akan mengupayakan selalu melandaskan segala aktifitas Lillah bukan Liddunya. Agar sedetak jantung pun terhitung ibadah.
Saat aku mulai menyadari esensi al-Qur'an dan betapa teduh, tenang, dan damainya hari-hari membersamainya. Maka aku tak pernah kenal lelah untuk mempelajari, membaca maupun memahami isinya. Begitulah jiwaku sejak beranjak hijrah. Aku pun memasang tekad menjadi hafidzul Qur'an. Semua itu akan ku susun mulai dari hari ini. Meskipun kamarin-kemarin sudah di angsur mewujudkannya.
Hafalanku sudah lama macet, akibat banyak faktor. Tak perlu ku uraikan terlalu panjang disini. Hal yang menyentil kesadaranku adalah sebuah hadist yang tertera di al-Qur'an terjemahanku, saat aku buka dengan acak kalimat-kalimat yang menyembur menjadi seolah hentakan dahsyat yang membuat balu pilu jiwa, dan melumat-lumat hatiku dalam rasa malu yang tak berkesudahan. Apakah dia, dipojok bawah terjemahan itu, tercantum sabda Rasul, bahwa dosa besar yang pernah dilihat Rasul salah satunya adalah dosa orang yang lalai dari hafalan Qur'annya. Jika bahasanya disederhanakan, dulunya hafidz Qur'an sekarang gak lagi karena sudah banyak hafalan yang menguap dari ingatan. Huuuufffttttt....peluh hatiku mengucur lagi bersamaan dengan bulir bening dari mataku. Dadaku terasa sesak. Maka hari itupun melecut semangatku untuk menguras kembali hafalan-hafalan yang pernah bertengger indah dalam ingatanku walau semua belum mampu dengan sempurna mentahtai hati dan akhlak ku.
Hari ini Alhamdulillah aku sudah mengulang hafalan Q.S. al-Ghosyiyah [88]. Sekaligus artinya. Pesan singkat yang dapat ku ambil dari pelajaran al-Qur'an hari ini adalah jangan pernah lelah dan putus asa berusaha dalam kebajikan dan amal shalih yang Allah cintai, karena semua itu akan menjadi rekaman indah yang menjadikan wajahmu berseri-seri di yaumul akhir, karena merasa puas atas apa yang telah dilakukan di dunia. Berusahalah istiqamah dalam kebaikan, kesyukuran, dan kesabaran. Agar wajah kita tidak tertunduk terhina, karena berusaha keras lagi kepayahan memasuki api neraka yang sangat panas lalu diberi minum dari sumber mata air yang sangat panas. Na'udzubillah.
Semoga Allah menjauhkan kita semua dari wajah-wajah yang tertunduk lagi terhina di yaumul akhir. Amiiiiin
Saat aku mulai menyadari esensi al-Qur'an dan betapa teduh, tenang, dan damainya hari-hari membersamainya. Maka aku tak pernah kenal lelah untuk mempelajari, membaca maupun memahami isinya. Begitulah jiwaku sejak beranjak hijrah. Aku pun memasang tekad menjadi hafidzul Qur'an. Semua itu akan ku susun mulai dari hari ini. Meskipun kamarin-kemarin sudah di angsur mewujudkannya.
Hafalanku sudah lama macet, akibat banyak faktor. Tak perlu ku uraikan terlalu panjang disini. Hal yang menyentil kesadaranku adalah sebuah hadist yang tertera di al-Qur'an terjemahanku, saat aku buka dengan acak kalimat-kalimat yang menyembur menjadi seolah hentakan dahsyat yang membuat balu pilu jiwa, dan melumat-lumat hatiku dalam rasa malu yang tak berkesudahan. Apakah dia, dipojok bawah terjemahan itu, tercantum sabda Rasul, bahwa dosa besar yang pernah dilihat Rasul salah satunya adalah dosa orang yang lalai dari hafalan Qur'annya. Jika bahasanya disederhanakan, dulunya hafidz Qur'an sekarang gak lagi karena sudah banyak hafalan yang menguap dari ingatan. Huuuufffttttt....peluh hatiku mengucur lagi bersamaan dengan bulir bening dari mataku. Dadaku terasa sesak. Maka hari itupun melecut semangatku untuk menguras kembali hafalan-hafalan yang pernah bertengger indah dalam ingatanku walau semua belum mampu dengan sempurna mentahtai hati dan akhlak ku.
Hari ini Alhamdulillah aku sudah mengulang hafalan Q.S. al-Ghosyiyah [88]. Sekaligus artinya. Pesan singkat yang dapat ku ambil dari pelajaran al-Qur'an hari ini adalah jangan pernah lelah dan putus asa berusaha dalam kebajikan dan amal shalih yang Allah cintai, karena semua itu akan menjadi rekaman indah yang menjadikan wajahmu berseri-seri di yaumul akhir, karena merasa puas atas apa yang telah dilakukan di dunia. Berusahalah istiqamah dalam kebaikan, kesyukuran, dan kesabaran. Agar wajah kita tidak tertunduk terhina, karena berusaha keras lagi kepayahan memasuki api neraka yang sangat panas lalu diberi minum dari sumber mata air yang sangat panas. Na'udzubillah.
Semoga Allah menjauhkan kita semua dari wajah-wajah yang tertunduk lagi terhina di yaumul akhir. Amiiiiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar