Kamis, 26 Juli 2018

Sakit Emosional

Pengalaman  selalu berani untuk membuat kita belajar menjadi manusia. Belajar tentang ujian dan kesabaran. Ujian tanpa kesabaran adalah nelangsa dan kesabaran tanpa ujian hanyalah kisah fiktif belaka. Kita tak kuasa mengubah banyak hal dalam menghadapi hidup ini, namun banyak hal itu takkan pernah berubah jika kita enggan untuk menghadapinya. Seperti menghadapi ujian dengan sabar walau tak mengubah apa yang terjadi tapi ia mampu mengubah sempit menjadi lapang.

Melalui konsekuensi hidup yang kita tak bisa menghindari dari rasa sakit secara emosional. Ada diantara mereka yang berupaya membunuh rasa itu dengan berpura-pura kuat, berpura-pura tegar, dan mencoba mengalihkannya dengan banyak kegiatan yang bermakna. Namun, pereda sakit itu tak bersifat lama. Karena yang sebenarnya dalam mengobati rasa itu adalah menerima. Pikiran dan hati itu mesti melakukan  observasi keadaan secara apa adanya. Sebuah penerimaan akan menjadi suatu respon positif terhadap emosi yang pada fitrahnya bersifat netral. Memahami lebih dalam makna penerimaan dan membiarkannya ada dalam diri. Mudah-mudahan rasa sakit itu beringsut pulih sebab situasi yang sebenarnya tak seburuk yang dirasakan selama ini.

Senin, 16 Juli 2018

Belajar Yakin

Jangan mendikte Allah untuk mengabulkan apa yang diinginkan karena Allah paling tahu kebutuhan setiap hamba-Nya. Gak mungkin Allah Yang Maha Baik itu mendzalimi kita dengan ketetapan-Nya. Gaaak mungkin !!! Tinggal kita aja, yakin ga sih ke Allah. Yakin kalau Allah memberikan yang terbaik bukan yang terbaik dalam versi bodoh manusia tapi terbaik dalam versi Allah Yang Maha Hebat.  Belajar yakin lah nona...biar hidup yang gini-gini aja nih gak jadi ribet

Senin, 09 Juli 2018

Pelajaran Hari ini

Sedari pagi saya dan temen-temen satu dospem ngumpul bareng buat menghadap Bapak. Namun, diujinya kami Bapak Dospem tetiba membatalkan kesepakatan untuk bimbingan siang ini. Iya okey, saya bilang dalam hati.. InsyaAllah ikhtiar udah maksimal. Berarti Allah minta saya istirahat sebab malem tadi baru bisa terlelap pas subuh alias gak tidur semaleman. Trus pagi-pagi   maksakan diri teteup kekampus dengan kepala tidak stabil pake banget. 😂😅

Jadi musabab Allah gontaikan  langkah ini ke kampus tidak sekedar untuk menyelesaikan urusan akademik. Tapi Allah mau kasih pelajaran baru ke saya lewat diskusi dengan seorang Ibu yang Qadarullah lagi nyusun tesis bareng saya.

Jadi abis gagal bimbingan kami memutuskan buat pulang aja. Nah, saat  perjalanan pulang saya ngobrol ini dan itu sama si Ibu lalu  bertanya beberapa hal ke Ibu Ema yang suaminya Alhamdulillah sebagai KaProdi Pasca Bahasa Jepang yang insya Allah kandidat Guru Besar di UPI. Beliau menceritakan lika-liku perjalanan rumah tangganya, saat pahit getir menjalani krisis ekonomi tahun 2001, sampai kisah beliau hidup 1 tahun di Jepang menemani suami melanjutkan studi. (Pengen banget, bilang dalam hati).

Okey, apa kisah dari Ibu Ema yang buat saya tersentuh? Yakni, cerita tentang perjalanan ibu Ema mensuport keberhasilan karir suami dan kesuksesan anak-anak beliau. Suami Bu Ema melanjutkan studi di Nagoya, Jepang dan mendapat penghargaan yang tak sedikit selama studi. Pas aku bilang gini "masyaAllah, gimana sih Bu tipsnya bisa menjadi wanita penghebat bagi suami dan anak-anak?. Inih jawaban lugas Bu Ema.

"Kalau kata suami, saya itu kopinya kopi bismillah, masakannya masakan bismillah, dan memang rasanya beda bahkan tidak terkalahkan oleh masakan restoran manapun"
Ya Rabb...aku langsung ucapkan tahmid.
"Terus Bu?" Tanya ku lagi.
"Iya neng, saya memang selalu mengutamakan masakan buatan sendiri untuk keluarga, juga setiap masak selalu dibubuhi doa".
"Saya juga agak 'keras' dalam mendidik anak agar lebih taat pada Allah"  MasyaAllah. "Anak-anak juga saya yang ajarin ngaji semua".
"Jadi ibu dapat amal jariyah ya Bu?". "Mudah-mudahan neng" balas Ibu.
(Diskusinya masih banyak banget)

Duh, saya teh langsung cemgimana gitu ya dapat tips rumah tangga dari teladannya langsung. Hikmah yang saya petik dari hari ini adalah pelajaran tentang rumah tangga, khususan tentang menjadi istri penghebat bagi suami dan anak-anak. Intinya,   saya harus belajar masak😂😂😂. Terus, masakan apapun dan olahan makanan apapun yang disajikan pake bismillah dan doa.

Akan terus belajar dan semoga Allah kuatkan.

Minggu, 08 Juli 2018

Tuan-Nona

Suatu hari, Tuan  pun mulai bersiap mendengar banyak hal dari Nona nya yang ingin menumpahkan luapan rasanya.

Nona: (cerita panjang kali lebar kali tinggi hingga jadi kisah yang bervolume)

Tuan: menyimak

Nona: (tetiba diam)

Tuan: Nona, kau suka hujan kan?

Nona: iya (dengan nada lesu)

Tuan: Entah kenapa sekarang aku benci sekali hujan.

Nona: (Jadi semakin pecah isaknya)

Tuan: aku benci hujan, jika ia harus turun dari mata indahmu (sambil menyeka air mata di pipi nona)

Nona: (Bertahmid penuh kesyukuran karena telah dititipi pada sandaran yang mendamaikan)

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Duh, jangan baper laa😂😂😂

Hamba

Sudah saatnya pergi dari semua hal yang merampas defenisi bahagia yang kau ciptakan. Jangan berkelahi dengan waktu karena ia hanya ditakdirkan untuk maju.  Akan lemah kepalan tanganmu saat kau paksakan memecahkan karang. Cobalah menikmati waktu dan biarkan karang itu kokoh pada tempatnya berpijak semula. Kau hanya perlu mencari tempat lain untuk tetap dapat menatap tenggelamnya matahari yang  telah mencabut jatah hari. Duduklah agak betah sebentar dipenghujung hilangnya cahaya kemerahan hingga menjadi jingga kelam itu sambil bertasbih memuji-Nya dengan rasa harap dan takut. Rasakanlah dengan hati yang khusyuk, ada bahagia yang mengalir dalam setiap sendi diri itu kala kau mampu mengenyahkan ketundukan pada hiruk pikuk dunia dengan kembali menjalani fitrah sebagai seorang hamba.

Kecewa

Baju bagi harapan tak sampai adalah kecewa. Tapi jikapun kau harus mengenakannya maka tak perlu sebegitunya juga. Masih terlihat pantas saat baju itu dipasangkan dengan bawahan ikhlas yang indah. Tak cukupkah hari kemaren yang terlewati untuk menjadi pembelajaran? Hayolah ! jangan sungkan untuk berlabuh di hati yang lapang. Gak malu sama kucing? hah? 

Kepada Tuan (2)


Sebagaimana gunung tak pernah meminta untuk dijadikan pasak bagi bumi. Untuknya, semua ketetapan dari titah Tuhan adalah ladang pengabdian. Aku padamu, Tuan, akan begitu. Saat ketetapan telah utuh dan takdirnya adalah kita. Itulah saatnya ladang pengabdian pada-Nya dimulai dan aku tidak lagi dititipi Tuhan oleh diriku sendiri, tapi kau akan menjadi bagian dari titipan Tuhan untukku juga sebaliknya. Kita mulai belajar makna baru akan hidup bersama bukan tentang saling memiliki tapi tentang saling dititipi. Sehingga, aku dan kau menjadi amanah satu sama lain untuk saling menjaga agar dijaga oleh-Nya. Menjaga kesetiaan untuk berkomitmen saling menguatkan dalam segala hal di kelemahan kita masing-masing. Menjaga  kesetiaan untuk berjuang saling menyempurnakan pada segenap kekurangan yang ditenggarai  oleh masing-masing kita. Menjaga hati dalam tautan iman agar setiap kondisi dapat kita interpretasikan sebagai kesempatan untuk bersyukur dan bersabar. Bahagia kita akan kita ciptakan dengan defenisi yang kita sepakati bersama. Lalu Allah selalu mejadi gardu terdepan tujuan kita dalam melangkah.

Dalam ketiadaan kita akan berjuang saling menemukan dengan cara yang baik, ditengah jeda kita belajar untuk mrawat rindu sepantasnya, disaat bersama kita akan belajar untuk setia saling mencintai tanpa karena kecuali karena-Nya. 

Tuan...semoga baik-baik selalu disana.
Selamat berjuang.
Semoga cepat sampai.
Aku, masih dalam kesetiaan doa dan harap pada-Nya.