Kamis, 25 Januari 2018

Nasihat Hari ini

Usahakan segala sesuatu yang dilakukan bisa menambah iman, amal sholih, kebenaran, dan kesabaran

Dampingi amal dengan ilmu
kita sering beramal tapi kita suka lupa mengevaluasi kualitasnya.

Sudah merasa berbuat itu sudah  menjadi masalah. Karena kurang menyadari kekurangan diri.

Kita sibuk untuk terus diberi ini dan itu dari Allah tapi sedikit mensyukuri apa yang telah diberikan. Kebaikan itu bukan pada nikmatnya tapi pada kesyukurannya.


Akhlak dalam Bergaul

Jika hidup hanya sekedar untuk memberi reaksi sama sebagaimana perilaku yang orang berikan, cukuplah penderitaan hidup ini. Saat orang menghina kita balas menghina, maka samalah kehinaan diri dengan orang yang menghina. Tapi mukmin tidak begitu, karena ia sadar bahwa tindakan yang dilakukan bukan karena apa yang telah dilakukan orang lain pada diri namun melakukan segala sesuatu agar Allah ridho padanya. Baginya jika membalas hinaan orang merupakan tindakan yang tidak Allah cintai, maka amat khawatir hatinya melakukan apa-apa yang tidak Allah cintai. Bila orang lain menfitnah jangan dibalas tapi muhasabah lah. Karena keburukan diri sendiri itu jauh lebih hebat dibandingkan fitnah yang orang lain lontarkan pada diri. Tapi semua masih Allah tutupi. Bila orang lain berbuat jahat maka balas dengan kebaikan, karena itulah yang Allah sukai. Bila orang lain meremehkan, tetap berbaiksangka karena itulah yang Allah sukai. Fokus hidup ini hanya untuk mencari segala sesuatu yang Allah ridhoi, melakukan apapun , yang Allah cintai, Meninggalkan apa-apa yang tidak Allah sukai.

Kopi Manis

Hidup itu seperti kopi manis, bahwa kepahitan dalam hidup itu hakikatnya hanya sedikit tapi manisnya nikmat itu berlimpah.

Selasa, 23 Januari 2018

PR Pemuda Milenials Zaman Now

1. Perdalam tauhid.
2. Perkuat hafalan Qur'an.
3. Perkokoh keimanan.
4. Jauhi maksiat.
5. Tingkatkan taat.
6. Seimbang dalam Triple Helix kecerdasan IQ, EQ, dan SQ

Lebih Kuat

Tentang masa depan adalah pokok bahasan bagi kawula muda era milenials yang kerap berujung pada kegalauan (red. antara harap dan cemas). Hal-hal sedemikian makin saya rasakan. Ketika tuntutan kehidupan berbenturan dengan harapan dan cita. Seringkali didapatkan belakangan ini lipatan-lipatan beban amanah yang rasanya tak kuasa untuk dibawa oleh pundak diri. Namun, tetiba saja sebuah kesadaran menghadiri diri yang kembali mengingatkan saya akan memohon pertolongan pada yang Maha Kuat.

Benar adanya bahwa bila Allah menghendaki seorang hamba untuk lebih kuat maka ia pun niscaya diberi tantangan yang hebat, ujian yang dahsyat, serta amanah yang berlipat-lipat. Agar dengan semua pemberian itu, diri pun kian terpicu dan terpacu untuk mengasah kesabaran dan terlatih untuk yakin pada pertolongan Allah. Bahwa dalam satu kesulitan ada dua kemudahan.

Jika merefleksikan apa yang tengah dihadapi saat ini jelas semua itu hanya kegalauan receh dibandingkan apa yang dihadapi oleh para Sahabat Nabi saw. Memang saya patut malu pada diri sendiri jika ingin mengeluh. Bagaimana mungkin memohon syurga yang sama dengan para sahabat sedang tantangan yang dijalani hanya remah-remah, yang semua hanya berkisar tentang harapan dan capaian duniawi.

Dunia remeh temeh ini, tak semestinya mengisi porsi yang besar di hati dan pikiran. Ada akhirat yang lebih utama untuk diperjuangkan.

Berjuanglah untuk  Allah dan di jalan Allah. Berdetaklah dengan jantung sendiri, bernafaslah dengan tarikan nafas masing-masing. Melajulah pada takdir yang ditetapkan dengan kesungguhan mengharapkan keridhoan-Nya. Berlarilah menuju-Nya dengan kemampuan sendiri-sendiri. Setiap orang memiliki jalannya masing-masing. Jangan mengisi jawaban atas soal yang diberikan pada orang lain. Jawablah soal sesuai  dengan apa yang Allah berikan untuk diri. Karena setiap kita punya soal yang berbeda dan cara menjawab yang tak sama. Sekali lagi...selesaikan perjuangan hidup ini bukan untuk kesuksesan dunia dan makhluk  tapi untuk menjalani kalimat takwa.

Melembutlah wahai hati...
Ittaqillah nona, baik-baik dengan iman ya !

Senin, 22 Januari 2018

Pendidikan Lukmanul Hakim

Pendidikan Lukmanul Hakim, menjadi landasan yang paling relevan untuk pendidikan anak di era globalisasi abad 21 dewasa ini. Rujukannya telah diterangkan dalam firman Allah Q.S Luqman ayat 13-18.  Terdapat 4 pokok ajaran Lukman dalam pendidikan anak yakni terkait akidah, ibadah, akhlak, dan dakwah.

1. Akidah

Menanamkan akidah kepada anak merupakan perkara yang urgentif. Mengajarkan padanya esensi dari tauhid.  Esensi dari tauhid adalah meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat untuk menghambakan diri.

Allah SWT berfirman:

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِا بْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ  ۗ  اِنَّ الشِّرْكَ لَـظُلْمٌ عَظِيْمٌ

"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar."
(QS. Luqman 31: Ayat 13)

Nasehat dalam ayat tersebut  amat mulia. Beginilah strategi untuk menasihati seorang anak yakni mengawali pertama kali dengan nasehat untuk beribadah kepada Allah semata dan tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apa pun. Jika anak akidahnya sudah mantap, maka ia akan mudah untuk selalu memperbaiki diri dan terjaga dari keburukan yang menghancurkan masa depannya dunia dan akhirat.

Selanjutnya, Memberikan kepada anak pembelajaran tentang makna ihsan. Sehingga seorang anak dapat terjaga dari melakukan maksiat dan dosa-dosa. Kemudian menjadi semangat untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Karena meyakini bahwa Allah akan menghisab keburukan maupun kebaikannya.

Allah SWT berfirman:

يٰبُنَيَّ اِنَّهَاۤ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ  ۗ  اِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ

"(Luqman berkata), Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Mengetahui."
(QS. Luqman 31: Ayat 16)

Sekalipun dalam menuntut ilmu. Selalu dawamkan bahwa tujuannya harus untuk Allah dan mencapai keridhoan-Nya. Karena  barang siapa yang menuntut ilmu hanya untuk dunia semata, maka ia takkan mencium bau syurga. Sebab dengan ilmunya tak mampu membuat dekat dengan Allah. Sangat disayangkan jika esensi mencari ilmu, sekolah, kuliah, dan ikut pelatihan yang beragam hanya sekedar untuk pencapaian dunia tapi tidak menjadikan dirinya mengenal hakikat dan tujuan kehidupannya di dunia.

Selalu ingatkan kepada anak bahwa kesuksesan yang besar adalah saat diizinkan untuk melihat wajah Allah dan dijauhkan dari azab-Nya.

2. Ibadah

Ajarkan kepada anak tentang cara mendapatkan solusi melalui shalat.  Menguatkan kesabaran atas segenap ujian dari Allah.
Sebagaimana nasihat Lukman pada anaknya. 

Allah SWT berfirman:

يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ  بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَاۤ اَصَابَكَ ۗ   اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ ۚ  

"Wahai anakku! Laksanakanlah sholat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting."

(QS. Luqman 31: Ayat 17)

3. Akhlak

Selanjutnya, akhlak yang diajarkan kepada anak adalah tentang berbakti pada orang tua dan menjauhi kesombongan.

Allah SWT berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسٰنَ بِوَالِدَيْهِ ۚ  حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِـوَالِدَيْكَ ۗ  اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu."
(QS. Luqman 31: Ayat 14)

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًا   ۗ  اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍ

"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri."
(QS. Luqman 31: Ayat 18)

4. Dakwah

Mengajarkan kepada anak sebagai bagian insan yang produktif yakni yang sholih dan menshalihkan melalui ammah ma'ruf nahi mungkar.

Allah SWT berfirman:

"....suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar...
"
(QS. Luqman 31: Ayat 17)

*ikhtisar kajian ba'da maghrib @DT bersama Ust. Suherman, Selasa 22-01-2018

Sabtu, 20 Januari 2018

Ayah-Kehadiran

Adakalanya kita pernah berjumpa seseorang yang jaraknya teramat dekat, namun hati terasa hampa padanya. Keberadaannya tak bisa mewakili kehadirannya.
Bahkan seakan dia tak ada dihadapan diri.
Di sisi lain pernah ada rasa yang begitu kuat bergelayutan dan meronta-ronta pada seseorang, padahal keberadaannya takkan pernah ada lagi tuk disapa bahkan disentuh. 
Kecuali hanya menjadi bongkah-bongkah rindu yang menggelinding berotasi di hati. 
Namun, ia selalu hadir tanpa perlu ada. 
Ayah...