Ia kini asyik saja menulis. Entah tentang apalah itu. Ia teruskan saja sekenanya. Karena Ia sedang jatuh cinta. Jatuh cinta pada rumitnya masalah yang dihadapi, pada amarahnya, pada kekhawatirannya. Sehingga ia ikhlas merepotkan diri untuk menuangkan semua menjadi sebuah rekaman kata. Sampai-sampai malam pun disitanya untuk tetap menulis. Mau apa lagi. Karena Ia jatuh cinta. Sesuatu yang mungkin tidak pernah ia lakukan untuk hal-hal lain, seperti tugas kuliah.
Biarkan saja kini Ia jatuh cinta pada segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya. Hingga kelak disuatu hari, Ia membaca tulisannya sendiri. Ketika semua telah berubah, saat hidup berjalan lebih baik, kala pikiran semakin lurus dan jernih. Bisa jadi kelak Ia akan tersenyum membacanya dan menertawakan dirinya sendiri. Menyadari ternyata Ia pernah begini dan begitu dahulu.
Setelah puas Ia menulis ....
Biarkan Ia terus berjalan, izinkan Ia mengenal dengan baik kelelahan, kekhawatiran, kegelisahan, ketakutan. Agar Ia tak lagi canggung di kemudian hari. Karena semua itu telah menjadi teman perjalanan yang tidak lagi memunculkan kerisauan.
Biarkan Ia terus belajar dari apa yang sedang terjadi, dengan demikian Ia akan terus tumbuh menjadi orang yang semakin lengkap pemahaman hidupnya. Agar Ia dimampukan menjadi orang yang lebih bijak setiap kali mengalami masalah yang serupa nantinya.
Tentunya untuk menjadi mekar, Ia perlu waktu. Sabarlah untuk menunggunya mendapatkan kesabaran.…Maukah kamu bersabar?; dan Tuhanmu Maha Melihat. (QS.25:20) Dan sabar itu adalah bertahan, bertahan untuk tidak menceritakan keluhan apapun kecuali pada Allah. Ia sekuat mungkin tengah berupaya untuk ini.
©ningsi_afj
#perjalanan_untuk_sebuah_mimpi