Tersebab waktu atau entahlah, satu persatu dari orang-orang terdekat kita mulai terasa berjarak. Mungkin kesibukan menyita banyak perhatian kita masing-masing, mungkin tanggung jawab dan amanah mulai berlipat-lipat, mungkin karena prinsip, mungkin kita sudah lupa bagaimana cara untuk memulai tawa bersama, atau mungkin kita tak lagi diikat oleh buhul iman sehingga semua menjadi sangat gersang. Entahlah....Saat silaturahim tak mampu menguatkan takwa, saat perbincangan tak lagi tentang kontribusi dan karya, kala diskusi hanya berkutat seputar kepentingan dunia, dan kisah-kisah perjuangan Rasulullah saw serta heroik para Sahabat seakan tertelan bumi dari obrolan kita. Hal yang sedemikian tak pernah terlintas di pikiran kita, dulunya. Bahwa waktu telah mengubah banyak hal dari kita hingga hangatnya kebersamaan kian terasa beku.
Kepada hati yang tengah belajar membaik itu, tenanglah. Jika waktu yang membuat kita merasa kondisi saat ini sangat rumit untuk dipahami, maka biarkanlah pula waktu yang akan mengajarkan kita untuk menyederhanakan kerumitan itu. Ada waktunya nanti, kita jadi tahu ternyata kita tidak pernah bisa memaksa hati untuk saling terpaut, kita tidak punya kuasa untuk meminta siapapun tetap tinggal dalam hidup kita, kita tidak memiliki hak untuk menetapkan mereka agar selalu ada dan menemani kita, dan kita tidak boleh berharap banyak pada manusia.
Tetap langitkan doa-doa terbaik. Dulu, kita dibersamakan sebab kebaikan dan aktivitas yang membawa kita menjadi semakin baik.
Tetap berupaya menyapa dengan santun.
Dulu, kita dibersamakan dalam nuansa saling nasihat dan menasihati untuk lebih dekat pada Allah.
Tetap berbekal dengan sebaik-baiknya dan sebaik-baik bekal adalah takwa.
Dulu, kita pernah bertekad bahwa kita akan berjuang untuk saling menguatkan takwa.
Ah....dulu, banyak hal yang kita rindukan tentang apa yang ada di hari dulu itu,kan?
Bolehkah kini kita kembali mengukirnya agar tetap menjadi hal yang kita rindukan di hari nanti?