Jumat, 12 Agustus 2016

Diri dan Masa Depan

Siapa lagi yang akan mencintai diri ini selain kita sendiri. Setuntas semua yang dijejaki, menaruh aku pada ruang jiwa yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Ketika aku disadarkan betapa banyaknya kelalaian yang telah dilakukan hingga menzalimi diri sendiri. InnaKa 'afuwun karim, tuhibbul 'afwa fa'fu'anna...Aku ingin memperbaiki cinta untuk diri ini, untuk diri sendiri.

Mencintai diri sendiri lebih dekat pada istilah mensyukuri sekian perangkat diri yang telah Allah karuniakan beserta variabel-variabel menyokong untuk perangkat itu mengeksekusi tugasnya. Jarang betul bukan, kita bercermin dengan ketakjuban atas penciptaan diri kita oleh Sang Maha Pencipta. MasyaAllah...ketika Allah bawa aku pada kedalaman hati, aku dapat merasakan bahwa aku tanpa-Nya bukanlah apa-apa dan memang tak punya apa-apa. Apalah aku...!

Kedepan menjadi perduan kegetiran dan harapan. Lalu aku seseguk kesanggupan  untuk menguatkan harapan, sekiranya itu  dapat mencabut kegetiran hingga ke akarnya. Allah...! Energi yang tetap membuat aku bisa melaju bersama berjuta harapan itu. Sekian harapan untuk satu pencapaian, ridho-Nya untuk kelak dengan syahdu menikmati wajah Dzat Nan Maha Karim di sebaik-baik tempat kesudahan. Allahumma amin ya Mujib

Kamis, 11 Agustus 2016

Istiqamah

Istiqamah yakin pada Allah, untuk segala sesuatunya
Istiqamah menjaga kedekatan pada Allah dalam segala kondisinya
Istiqamah menjalani ketaatan pada Allah sewalau apapun cobaannya
Istiqamah selalu merasa diawasi oleh Allah, baik perbuatan hati hingga tindak laku perbuatan
Istiqamah untuk sabar pada semua keadaan dan ketetapan Allah

Ya Rabbal 'Alamin bantu kami bermujahadah untuk istiqamah dalam jalan-jalan ridho Mu,

Rabu, 10 Agustus 2016

Memperbaiki Hati

Bila kita memberbaiki batin maka lahir pun akan baik. Jika kita memperbaiki  hubungan dengan Allah, maka Allah akan baikin semua hubungan kita dengan kehidupan ini. Jika kita mengorientasikan hati dan amal untuk akhirat, maka Allah cukupkan semua baginya untuk di dunia ini. Allah lah sebaik-baik penolong. Semua bisa kita lakukan dengan baik bukan karena kita pintar, hebat, dan berkompetensi. Tapi karena Allah menyanggupkan kita untuk melakukan semua dengan baik.

Mari berlomba-lomba memperbaiki hati, pada akhirnya akhlak akan mengikuti arus dari hati itu sendiri. Yang nikmat dalam hidup ini adalah saat kita dimampukan istiqamah untuk menjaga kedekatan dengan Allah. Dunia  ini tak pernah menjanjikan bahagia, namun ridho Allah lah yang mencukupi segenap kebahagiaan yang diharapkan. Terus lah jaga Allah dalam setiap kondisi, lapang dan sempit. Tetap berpositif prasangka pada Allah. Teruslah perbaiki ibadah, khusus perbuatan hati. Biar ringan langkah untuk menapaki aral melintang didunia yang memayahkan ini.

Perbaiki diri dan lakukan yang terbaik.

Ittaqillah ya sholihah !

Akhlak Baik

Kembali kita kenang bahwa misi Rasulullah saw  diutus  menyempurnakan akhlak. Ada akhlak yang baik namun semakin diperindah oleh kehadiran Rasul saw. Akhlak terindikasi dari kualitas keimanan. Suatu bangsa dikatakan mulia saat bangsa itu dapat menunjukkan akhlak yang mulia. Membangun akhlak adalah kerja bersama dan kerja sama. Setiap dari kita berkewajiban untuk membangun akhlak mulia bangsa ini dan bukan hanya tugas ustad dan pendidikan agama disekolah. Sebab memang misi keren seorang muslim adalah akhlaqul karimah. Variabel ini pula lah yang akan menjadi poin-poin pemberat timbangan di yaumul akhir.

Kemuliaan seseorang terletak pada akhlaknya. Sumber akhlak adalah qalbun salim. Aqidah kita mesti memberi dampak pada kecintaan pada Allah dan rasa khouf saat menyelisihi perintah-Nya, sehingga timbul lah akhlak yang manis dan dapat dinikmati buahnya akhlak itu oleh sesama.

Saat qalbu kita sudah mulai membaik maka akan menghadirkan rasa yakin pada-Nya. Allah SWT yang telah menciptakan kita dan Allah pula lah yang akan mengatur dan menjaga kita. Yakinlah semua karunia milik Allah, yakin Allah lah yang memberi karunia itu, dan yakin bahwa jika kita bersyukur Allah akan tambah karunia itu. Jika hati ini yakin Allah Maha Baik maka apapun yang Allah perbuat terhadap diri kita maka kita akan ridho, pasti adil karena Allah Maha Adil. Jika kita yakin Allah Menguasai segala sesuatu maka kita tidak akan lebay, tidak akan meminta pada makhluk, tidak merendah pada makhluk, tidak akan tergesa-gesa meminta, dan tidak merasa gundah dan gelisah sebab telah menghadirkan keberserahan totalitas pada Allah semata. Galau itu sederhana penyebabnya yakni kurang yakin pada Allah. Bagaimana kita bisa tenang minta tolong sama yang lemah. Kita lebih sering bersandar pada yang tidak dapat mendatangkan manfaat dan tidak berdaya menolak mudharat.

Mari kita memberbaiki misi hidup ini bahwa sukses itu salah satunya adalah akhlak mulia. Walau juara tapi akhlak biasa-biasa itu belum mampu mengkondisikan hidup dengan cerdas. Efek pintarnya hanya bersifat pribadi dan tidak dapat memberi manfaat bagi sesama.

Aku padamu Fisika

Tertakdir sebagai pengampu bidang fisika memberikan banyak makna dalam lini kehidupan yang aku jalani. Walau sedari kecil aku tak pernah membayangkan bahwa masa depanku akan dihabiskan bersama sekelumit manis pahitnya mempelajari, menelaah, merenungi, dan mengajarkan ilmu-ilmu fisika. Karena cita-cita yang didamba sedari kecil menjadi seorang astronout bukan yang lain. Cita-cita setinggi angkasa. Benar-benar tinggi dan bila aku terjatuh kuharap terdambar diantara para bintang. (^_^)

Selama aku menyelami ilmu fisika, sekian lama itu pula waktu kuhabiskan bersama hal-hal yang tak terlihat. Banyak ditemani oleh varibel yang tak pernah kujumpai wujudnya, seumpama energi, vektor, grafitasi, hingga ke partikel nanosize. Sungguh mengagumkan, saat empat aku mempelajari energi ada sekian banyak penerjemahan formulasi  yang memproduksi sedemikian ragam variabel fisis untuk kemashlahatan hidup. MasyaAllah... Aku tak dapat jabarkan, bila Allah beri kesempatan aku ingin menulis buku khusus tentang semua ini. Allahumma Amin ya Mujib

*padahal lagi dalam perjalanan otw Bandung, kok  malah cerita ini. Hadeuh..kumaha ini mah? Hihi

Senin, 08 Agustus 2016

Segumpal Iri Padamu

Dik...kamu terlalu kecil untuk serangan semengerikan itu, tapi tekad mu untuk menghafal Qur'an terus berkobar akbar.
MasyaAllah...

Iri padamu dik !

Dik..kamu sangat lugu untuk tahu kejamnya dunia ini, tapi semangatmu untuk bersama Qur'an tak pernah layu.

Iri padamu dik !

Dik...disana dentum demi dentum bertalu tak kenal waktu tapi gerak bibirmu adalah tilawah, kemanapun yang adik tuju adalah muraja'ah.
MasyaAllah..

Iri padamu dik !

Dik...pedih memang tak memiliki ayah tapi adik malah tak punya ayah dan ibu, ya Allah...semua tak membuat adik enggan tuk tersenyum karena binar hatimu adalah Qur'an. MasyaAllah.

Iri padamu dik.

Dik...kakak mau memiliki jiwa seperti, setangguh kamu, sekuat tekad dirimu tuk selalu mencintai Qur'an. MasyaAllah

Iri padamu dik.

Salam dari kakak untuk dirimu dik di Aleppo sana ya sayang...

Minggu, 07 Agustus 2016

Jadilah Mata Air yang Jernih

Manusia yang menyadari  siapa dirinya, untuk Siapa ia hidup, mengapa ia yang terpilih ada di dunia,  kepada Siapa dirinya akan kembali, mudah-mudahan dapat mengenal  hakikat kehidupan yang sebenarnya. Percayalah, setiap digit  perintah sel-sel otak ke sistem tubuh  akan selaras dengan vibrasi sugesti yang di input pada diri sendiri.
Maka sangat perlu lah kiranya kita mensinergikan energi-energi positif dalam menjalani aktifitas dari hari-ke hari. Fakta sainsnya adalah "Energi diam suatu objek (matter) sangatlah luar biasa dan sebaliknya sejumlah besar energi bisa dihasilkan dari massa yang sangat kecil." *Semoga tidak bingung*.  Adalah manusia itu luar biasa, begitulah singkatnya.

Pernah gak kita terfikirkan bahwa luas alam semesta hingga 10 pangkat 24 itu terpadatkan oleh milyaran galaksi? Lantas Allah menempatkan manusia itu di satu planet bumi yang mungil lagi indah. Mengapa?*mari berfilsafat* Jawaban singkatnya adalah jika manusia itu mau berfikir maka ia akan menyadari sekaligus memahami bahwa hadirnya di muka bumi ini memiliki peran yang besar dan tujuan yang mulia, penyeimbang alam semesta.

Allah SWT berfirman:

وَالسَّمَآءَ  رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيْزَانَ
"Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan,"
(QS. Ar-Rahman: Ayat 7)

اَلَّا تَطْغَوْا فِى الْمِيْزَانِ
"agar kamu jangan merusak keseimbangan itu."
(QS. Ar-Rahman: Ayat 8)

Silahkan merenung sendiri-sendiri....

Karunia akan dipercaya sebagai makhluk penjaga keseimbangan alam semesta mengharuskan kita selalu bersyukur bahwa manusialah yang dipercaya akan amanah itu. Ini contoh sederhana, Bukti bahwa kita bersyukur atas kesehatan adalah kita dapat memaksimalkan diri dalam sehat itu untuk melakukan kebaikan dan menebar manfaat. Walau hanya dengan membaca, mendengarkan, dan menulis kembali setiap ilmu yang didapatkan sebentuk pengikatnya dan mewariskannya dalam catatan perjalanan yang penuh energi positif dalam hidup ini.

Dunia ini luas dan indah sebagai ladang terbaik untuk bercocok tanam dengan amal kebajikan. Waktu yang singkat di dunia ini menjadi penentu kehidupan abadi kelak. Jika kelalaian lebih mendominasi dari kesadaran itu adalah nelangsa. Maka keimanan akan menjaga stabilitas kesadaran tersebut.Lantas,  implementasi dari keimanan adalah amal kabajikan.  Iman bermuara dari ilmu, dan bukti iman adalah amal.

Terlalu banyak peluang karunia Allah yang semestinya diupayakan dalam tindakan yang hebat, optimisme, dan tujuan yang terarah. Komoditas berharga kita adalah waktu dan kita melintasi hidup ini didalamnya. Sungguh diri kita tidak  sesempitnya asumsi mereka yang jauh dari cahaya Al-Qur'an. Bila mau mentafakuri lebih hikmat kandungan dalam al-Qur'an maka didapati bahwa setiap  kita yang  terlahirkan kedunia ini ditakdirkan sebagai seorang  pemenang, dari itu  sungguh kita telah memiliki aset untuk menjadi insan yang luar biasa, jika kesadaran diri rela kita aktivasi kembali.  Ada raksasa besar yang minta dibangunkan dalam diri itu. Kekuatan besar dari Sang Maha Besar untuk modal untuk menjadi mata air jenih yang menghidupkan kehidupan. Untuk menjadi sumber cahaya yang menerangi peradaban.

Terlahir sebagai muslim adalah anugrah yang tidak dapat dirincikan nikmatnya. Terlahir sebagai muslim adalah karunia untuk menjadi insan yang hebat dan manfaat. Maka sudah selayaknya kita menjadi mata air jernih yang mampu menghidupkan kehidupan bagi siapapun yang membutuhkan. Pernah mendengar Sahabat ra menanyakan tentang amalan apa yang paling memberatkan timbangan di yaumul akhir? Itulah dia akhlak yang baik. Itulah dia menjadi mata air jernih untuk menghidupkan kehidupan.

Izinkan Allah yang mengatur semua untuk keinginan baik itu. Kita hanya perlu memiliki hati yang lebih tulus, menjalani ibadah yang bagus, hidup di atas jalan yang lurus, mengeksekusi ikhtiar dengan serius, dan taubat tak putus-putus. Semoga Allah berkahi tiap jengkal langkah yang tujuannya adalah ridho Allah. Allahumma aamiin ya Mujib

Ittaqillah !

*100% ditujukan untuk diri sendiri
©SN