Minggu, 23 Agustus 2015

Perjalanan yang Jauhnya Masih Entah

Masalah adalah keadaan sementara, namun kebahagiaan mu mesti berlanjut hingga ke surga. Karena menuju-Nya sudah pasti dijanjikan kebahagiaan. Teruslah belajar untuk membuat Tuhan tersenyum dengan keputusan-keputusan kita. Ketidaksanggupan kita akan disanggupkan oleh Tuhan selagi kita meyakini Dia adalah Maha Segalanya.

Semesta terus mengirimkan pesan-pesan sensorik pada kita. Sayangnya abai sering kita mengenali hal ini.  Kini masih dapat kita lakukan perjalanan rasa di atas bumi bersama semesta. Pada akhirnya kita  akan mengerti, skenario-Nya menyelamatkan kita dari keburukan. Disaat Tuhan memberikan kemudahan.  Sebuah pertanda kita sedang memilih untuk bersyukur atau ingkar. Semoga Tuhan tetap menjadi yang pertama.

Percaya saja, akan ada saatnya kita terlatih melukis senyuman atas segala hal . Menertawakan hati yang sempat sesak atas ketidak-penerimaan. Mungkin saat itu kita belum memiliki pengetahuan yang cukup. Akhirnya, kita akan temukan jalan-jalan kebaikan yang lebih luas. Selama ada rasa syukur yang selalu dibawa, kemanapun dan sebagaimanapun. Menapaki perjalanan yang ujungnya masih  entah dengan  berserah seluruh diri pada-Nya. Membuat kita dapat menikmati perjalanan lebih tentram  dan ditenggarai hati nan lapang. Semoga Tuhan tetap yang digaris depan tujuan.

Semoga Tuhan menjaga kita dari kesia-siaan. Karena melakukan banyak hal yang tidak memberi kemanfaatan lebih buruk dari kematian. Sebab kematian hanya memisahkan kita dari dunia. Sedang melakukan hal sia-sia memisahkan kita dari Allah . Dan kita meski mengingat bahwa tanda berpalingnya Tuhan dari seorang hamba. Apabila Tuhan menjadikan ia sibuk pada hal-hal yang tak bermanfaat baginya. Keterlenaan kita saat berlama-lamaan dalam perkara sia-sia memperlebar jarak kita pada Tuhan. Semoga ketaatan menjadi kesibukan diri hingga akhir perjalanan yang jauhnya masih entah ini.

*nasihati diri sendiri
23-08-15@home| ©Ningsi_afj

#perjalanan_untuk_sebuah_mimpi

Jumat, 21 Agustus 2015

Bait-Bait Rindu Anak Ayah 4

Dengan kebal hati, ku tangkap tiap benih rindu yang enggan untuk di sapu. Aku selalu membiarkannya bersemayam, bebas menari sesukanya saja di dalam ruang hati yang telah kusediakan. Kini hanya Membatu bersama waktu. Menata rindu yang menghunjam dalam jantungku. Andai jarak mampu diajak bercengkrama. Mungkin saja yang kurindu telah duduk di tempat kesukaannya kini, meski hanya menjelma dalam bayangan. Nampaknya jarak tengah menampakkan kekejamannya. Biarlah, tetap ku percaya ada waktunya antara aku dan yang kurindu hanya sebatas pandangan mata saja. Tentu itulah waktunya kita sudah sudah berada di tempat yang abadi.
Ayah.....

Saat ini ku kunjungi sejenak jejak yang telah terlewatkan. Walau harus melihat ke belakang, masa lalu kadang memanggil tuk disapa kembali.
Tentang Ayah masih kuat membekas. Menyisakan suatu pijakan dalam hati, lantas pikiran melukiskan beribu kenangan. Meninggalkan kesan hebat yang tak kunjung mampu dilepas. Itulah yang menjadikan rindu tak pernah jera mengunjungi.
Ayah...

Semoga disana Ayah selalu disayang Allah.

*salam rindu sepenuh jagad dari anak ayah

Bait-Bait Rindu Anak Ayah 3

Lelaki dengan sejuta ide kreatif dan ketangkasan, tersenyum jumawa bila melihat ku bercerita tentang harapan kedepan.
Ayah dengan segala kelebihan dan kekurangan selalu menyimpan banyak memori tersendiri.
Hatiku pun rindu bertalu-talu.
Terkenang slogannya, "Alam Takambang Jadikan  Guru". Ah, itu semacam sindiran halus agar aku tidak menjadi manusia kaku yang teoritis.
Bahwa ada yang megah telah digelar Tuhan untuk ku dapat sulap menjadi kehidupan yang lebih menghidupkan. Belajarlah.....! Jangan berhenti belajar !

Sudah puluhan tahun lalu, semasa kecil Ayah banyak menciptakan hal-hal menarik untuk membuat ku selalu merasa seolah menjadi  seorang putri raja. Pondok kayu yang ku sebut istana. Dimana banyak waktu-waktu gembira dihabiskan diatasnya. Sengaja dibuat Ayah, untuk aku lebih banyak mengamati alam. Sesekali ayah menunjuk satu hal dan menjelaskannya. Sesekali aku dengan banyak tanya manarik-narik baju ayah untuk  meminta Ayah menjelaskan sesuatu. Benar-benar  serasa seorang putri raja kala itu. Tentu kamu bingung bagaimana menempatkan rasa untuk mengecup apa yang pernah kulewati bersama Ayah bukan ?. hatiku pun rindu menggebu-gebu.

Karena manja seorang putri raja. Ayah kala ku kecil hanya menyuruh ku melakukan hal-hal yang kusenangi. Seperti memanjat pohon, membuat layang-layang dan menerbangkannya (ah ini yang paling aku suka), menyeret mobilan kayu yang Ayah buat dari triplek, berpuisi sambil nyengir lihat ayah, dan hal konyol lainnya. Hatiku pun rindu menggaung-gaung.

Teringat suatu hari. Setelah aku pandai bersepeda. Kedua abangku mengajak main play station (waktu itu games yang paling kece lah dizamannya) sampai malam. Pulang kerumah Ayah langsung kempesin ban sepeda (nangis sambil jerit-jerit, hhehe). Kesalnya kok sepeda abang gak di kempesin. Kata Ayah anak wanita mainnya beda dengan laki-laki. Akhirnya Ayah pun membelikan kami PS 2. Bukan main senangnya, setidaknya aku tidak perlu lagi murung setiap lihat abang main PS keluar dengan temannya. Aku  malah bisa main sendiri sepuasnya sampai jari pegal-pegal menggenggam stik. Dudududu. Rindu ku jadi bertaut-taut pada  segala hal yang di dalamnya ada Ayah.

Nantilah akan ku ceritakan lagi. Tentang laki-laki yang paling kucintai, Ayah.

Semoga disana Ayah selalu disayang Allah.

*salam rindu sepenuh jagad dari anak ayah

21-08-15@home|©ningsi_afj

Kamis, 20 Agustus 2015

Ibu pada Banyak Hal Anaknya

Semua hal kini telah berubah. Ayah mu tidak akan pernah lagi duduk bersamamu, apakah sekedar berbincang santai maupun memberi wejangan untuk kamu kedepan. Kemarilah. Mendekat duduknya . Ada hal yang perlu kamu tahu.

Dinding kamarmu penuh dengan tulisan. Tentang ini dan itu. Sampai pintu lemari juga ada. Hanya bisa tersenyum simpul saat membacanya. Kelak andai kamu sudah menjadi pasangan seseorang katakan padanya bahwa dia bersedia untuk mengizinkan mu menjadi apapun yang kamu mau bila perlu mintalah dia untuk berjanji menyetujuinya. Dia semestinya mengerti bahwa menjadi seorang istri tidak serta merta menguburkan mimpi-mimpi. Tentu kamu harus lebih bijaksana dan buktikan padanya bahwa kamu adalah istri yang sangat bisa diandalkan dalam peran sebagai seorang pendamping hidup. Agar ia lebih leluasa dalam menemanimu mencapai apa yang kamu impikan.

Kelak bila kamu sudah menjadi pasangan seseorang. Ceritakanlah tentang Ayah mu padanya. Perihal banyak hal yang membantunya memainkan peran sebagai seorang Ayah yang baik. Bahwa dia dapat memimpinmu tapi tidak untuk menguasaimu. Sebab hidupmu tidak untuk dalam kuasa tangan manusia. Jika Ayah mu melihat 'disana', akan merasa tenang bahwa kamu telah dijaga oleh sosok yang mampu menggantikan tanggung jawabnya dengan penuh kesungguhan.

Kelak bila kamu sudah menjadi pasangan seseorang. Pastikan bahwa dia adalah laki-laki yang berlapang dada untuk diajak berdiskusi. Sebab kamu tetap memiliki pendapat, memiliki perasaan yang halus, hal ini perlu dikompromikan bersama-sama. merajut rumah tangga terkadang akan diuji yang pada akhirnya hanya sekedar membuktikan komitmen satu sama lain. Yang akan menjadi pendampingmu sebaiknya laki-laki yang dapat melihat masalah dari sudut pandang yang luas. Bagaimana kamu dapat mengenalinya. Kamu dapat melihat dari kata-kata yang dipilih dalam berbicara, dari segala keputusan yang dia pilih untuk hidupnya sebelum dipertemukan dengan mu.

Kelak bila kamu telah menjadi pasangan seseorang. bicaralah baik-baik. Hargai dia sebagai seorang imam dalam keluarga. Turutilah kebaikannya, nasihatnya, dan katakankan padanya bahwa dia telah menjadi sebabmu masuk syurga. Lalu syurga dia ada pada ridho orang tuanya. Yakini hatinya bahwa kamu mampu membantunya berbakti pada orang tua. Disamping itu dia juga harus mengerti bahwa Ibumu telah menjadi ibunya juga.

Kamu jangan khawatir dengan semua ini. Nanti akan ada lagi yang ingin disampaikan. Sekarang ini saja. Sengaja Ibu luangkan waktu untukmu. Karena anak perempuan Ibu ini adalah bidadari semesta. Ibu tidak rela jika pendamping mu adalah laki-laki biasa. Laki-laki itu adalah yang kelak menjadi pengganti peran Ayahmu, maka dia harus laki-laki yang luar biasa. Minimal luar biasa dalam pandangan Ibu. Sudah larut. Tidurlah nak, jangan lupa berdo'a agar tidur mu selalu dalam penjagaan Allah. Sebab Dialah sebaik-baiknya Penjaga setiap hamba-Nya.

20-08-15@ home| ©ningsi_afj

Rabu, 19 Agustus 2015

Bait-Bait Rindu Anak Ayah 2

Ayah...
Sejatinya kakimu tak kuat, hanya otot yang membalut bersama tulang.
Namun, azam mu yang kuat terus mendorong hati untuk berjuang agar keluarga bahagia agar anak-anak tumbuh dalam kesejahteraan.
Maka... selain bait-bait do'a untuk mu.
Izinkan ku ucapkan terima kasih melalui sajak rindu ini.

Ayah...
Sungguh pun pedihnya hidup yang ayah telusuri, meski harus memeras keringat, terluka berat , berjalan berkilo-kilo, bahkan terjatuh parah.
Ayah tak pernah pulang dalam keluhan dan wajah kuyu.
Hingga aku tak pernah tahu semua pengorbanan itu selama ini, segala terungkap setelah ayah pergi.
Maka... selain bait-bait do'a untuk mu.
Izinkan ku ucapkan terima kasih melalui sajak rindu ini.

Ayah...
Duluuuuu sekali, ayah adalah orang yang paling setia membimbing tangan ini, terakhir kemarin saat sudah kerja di Padang. Ayah masih pegang kuat tangan ini saat menyebrang jalan.
Ayah teramat menjaga anak-anaknya dalam hal apapun.
Allah telah mempercayakan penjagaan-Nya untuk ku kepada ayah.
Maka... selain bait-bait do'a untuk mu.
Izinkan ku ucapkan terima kasih melalui sajak rindu ini.

Ayah...
Hampir setiap malam selalu ada pembicaraan yang kita buka, entah tentang politik, agama, sosial, bahkan filsafat atau cerita ini itu.
Lalu ayah akan meminta secangkir kopi dan sepiring gorengan hangat.
Sambil menyeruput minuman ayah memejamkan mata dan berkata,"mantap kopi ini!". Aku tersenyum dan menderu bahagia karenanya.
Sambil bercerita ayah menyelipkan nasihat kehidupan dan pesan-pesan untuk ku. Nasihat itu menjadi suara ayah yang hidup dalam jiwa ini.
Maka... selain bait-bait do'a untuk mu.
Izinkan ku ucapkan terima kasih melalui sajak rindu ini.

Ayah...
Kita akan bertemu selepas kehidupan ini, karena perpisahan saat ini, hanya menjadi jeda untuk mempersiapkan pertemuan selanjutnya.
Kita datang untuk pergi bukan ?
Dunia bukan tempat tinggal.
Tapi tempat meninggal
Kini Tuhan tengah menguji dengan waktu, semoga kesabaran ini memiliki batas yang lebih panjang dari waktu yang Tuhan serahkan.

'Disana' Semoga Ayah disayang Allah.....!

Selasa, 18 Agustus 2015

Ayah, Selamat Hari yang Katanya 'merdeka'

Harapan pada hari yang katanya 'merdeka'.
Semoga memang begitu.
Terbentang pemandangan indah...
Lukisan yang bersih dari warna anak-anak pengemis, dari coretan para koruptor, dari pesona hiruk pikuk aksi ganas membara, dari siluet wajah busung lapar, dari titik-titik perbudakan, dari garis antrian beras miskin, dari coreng pertikaian antar suku, dari grafik angka kriminalitas dan kenakalan remaja .

Harapan pada hari yang katanya 'merdeka'.
Semoga memang begitu.
Terbentang pesonanya ibu pertiwi ini...
Dalam lukisan itu semoga pulau-pulaunya masih utuh dan tidak ada lagi yang hilang. Sebab telah berpuluh tahun lalu darah pejuang tangguh negri mengkanfas pulau-pulau pembebasannya. Ceceran darah pejuang seakan kian menyeruakkan indahnya alam Indonesia.

Aku.....
Berharap tak banyak di hari ini. sebab Hari perdana memperingati yang katanya hari 'merdeka' tanpa Ayah.
Bagi anak yang lain mungkin biasa. Tapi aku tidak.
Kami memiliki ritual rutin dalam mempersiapkan 17 Agustus, bukan untuk makan kerupuk, bukan untuk lompat karung, bukan untuk panjat pinang, bukan ....bukan untuk hal sepele itu. Karena para Pahlawan kita memperjuangkan Indonesia bukan dengan hura-hura dan banyak bersenda gurau. Tapi dengan selogan "Merdeka atau Mati". Taruhan mereka nyawa bukan hadiah-hadiah harta semata.

Izinkan aku menguraikan ritual itu dalam sebisanya aku bercerita.
Almarhum kakek ku hidup di zaman pergulatan kebengisan belanda.
Ayah terkadang, saat malam hari mengisahkan kehidupan kakek di zaman belanda. Aku lebih banyak diam jika ayah bercerita. Sudah tabiat Ayah bahwa membawakan kisah-kisah dengan mimik dan intonasi yang seolah kita terseret dalam dunia imijinasi cerita itu. Hal yang kutangkap bahwa hidup di zaman yang katanya 'merdeka' kita mesti bersyukur. Para pemuda yang tak bersyukur itu dapat dilihat kuantitasnya di negri ini kini. Hal ini, tercitra dari data-data kenakalan remaja. Ah aku tak perlu kupas dalam cerita ini lah. Karena bukan inti cerita.

Ayah dulunya pemuda yang berbeda. Aku dapat mengatakan Ayah dulunya pemuda yang bersyukur. Buktinya terakhir 17 Agustus 2014 kemarin Ayah masih menggelar karyanya. Walau kulit tlah keriput di sedot waktu, walau telah legam di panggang sang mentari. Walau telah rapuh tulang belulang Digerogoti kerasnya perjalanan hidup , tapi Ayah tak henti mempersembahkan yang terbaik untuk memperingati jasa para pahlawan. Oh ya ? Kedengarannya hiperbol bingitz...
Aku suka bilangnya begitu. Ayah memperingati jasa pejuang negri ini dengan mempersembahkan karyanya. Karya yang dikontruksi dari besi-besi perjuangan seminggu begadang. Yakni membuat mobil hias.
Ayah selalu membuat mobil hias untuk pawai 17 Agus ditambah mendesain stand pameran. Tahun ini tentu bukan hanya aku yang kehilangan Ayah bukan ? Mereka juga kehilangan karya ayah.
Inilah ritualnya.

Jika dulu para pahlawan bergerilya. Kami pun seolah-olah sekeluarga bergerilya dengan ritual membuat mobil hias sampai pagi. Mobil hias untuk peringatan 17 Agustus. Biasanya aku hanya sanggup dekor sampai jam 01.00 wib dan ayah tak tidur sepicing pun. beberapa bulan sebelumnya Ayah sering diskusi dengan anak-anak nya dulu tentang desain mobil yang akan di rancang (Ah rindu...!). Tahu kan betapa ngantuk nya kalau pagi jika semalaman gak tidur. Mungkin ayah mengantuk. Entah kenapa tetap saja Ayah ke lokasi pawai untuk memastikan karya nya dalam kondisi baik dan aman sampai selesai acara. Subhanallah... Ayah tu mah gitu orangnya. Hehehe. Unlimited deh kobar semangatnya. Alhamdulillah karya Ayah selalu menang. Pernah juara 1 bahkan. "Cieeee Ayah, Selamat ya juara. Keren Ayah ini lah hah",kata ku dulu. Ayah Jawab, "Nah kalau anak Ayah bisa apa ?"(gigit jari waktu itu, sambil cengengesan ).

Jika aku tanya untuk apalah Yah mati-matian buat mobil hias toh yang dapat nama kan provinsi atau kabupaten. Nama Ayah tidak pernah disebut kan ?. Tahu Ayah jawab apa ?. "Nak, Ayah tidak pernah berkarya untuk menang, semua dilakukan hanya untuk menyalurkan bakat. Jika ada orang yang senang dengan kebaikan yang kita lakukan mengapa mesti berhenti berbuat. Orang ikhlas itu kan tidak perlu mengharap namanya disebut-sebut. Namun orang akan merasa kehilangan saat Ia telah tiada". (Aduh jadi mewek neh nulis nasihat Ayah, lap ingus dulu). Ayah mah gitu orang nya. Sekarang apa yang Ayah ucapkan terbukti. Mereka kehilangan karya Ayah, dan mereka akan kenal nama Ayah setelah Ayah beranjak ke 'dimensi' lain. Sebab tak ada lagi bertengger karya secetar yang Ayah buat. Dan kami disini tak lagi melakukan ritual perjuang itu.

Menjelang subuh hari yang katanya 'merdeka' aku sendiri.
Jauh dari tumpah ruah canda tawa merayakan kepenatan berjuang tuk sambut raja siang datang.
Sebab hari ini, katanya hari 'merdeka'.
Semoga memang begitu adanya.

Kata Ayah, "Nak, untuk kita merdeka itu sebentuk perjuangan membebaskan diri dari kemalasan lalu beranjak untuk lebih menghargai hidup".
Nasihat yang hidup lantas sejati bersenandung dalam jiwa anak ayah.
Ayah disana tengah berjuang apa ?
Kami disini....
Berjuang tak henti mendoakan agar Ayah 'disana' disayang Allah selalu.

Selamat hari yang katanya 'merdeka' Ayah.....!

*salam rindu sepenuh jagad dari anak Ayah

©ningsi_afj

#bait_bait_rindu_anak_ayah

17 Agustus 2015 @home

Bait-Bait Rindu Anak Ayah

Pulang kantor lihat motor Ayah terparkir  di teras rumah. Serasa Ayah akan menyambut keluar dengan seulas senyuman. Maka kepenatan selama 8 jam kerja itu rontok sedikit demi sedikit. Ternyata Ayah tidak ada.  Ayah tidak lagi berdiri di tempat yang biasanya berdiri.

Segala yang nanti adalah entah,  maka yang terbaik adalah mencintai yang saat ini. Mengerti bahwa tidak semua hal bisa diperbaiki. Ada kalanya itu hanya dapat diterima, lantas dijadikan pelajaran serta pembenahan.Karena masa lalu tlah jadi jarak yang terjauh dan kita tak pernah mampu lagi menempuhnya.

Masa lalu itu ..
Masa Ayah masih ada, tempat aku diizinkan Tuhan untuk memandangnya dengan utuh. Lalu ku baca dari tubuhnya  sikap kelembutan namun tetap perkasa. Aku jadi belajar dari Ayah tentang banyak hal . Teladan kebaikan yang disisihkan Tuhan untukku melalui Ayah.

Di dunia ini memang tidak sedikit hal yang menjadikan kita bersedih, disamping itu kita juga perlu tahu bahwa banyak hal yang menunggu di hari esok  untuk kita rayakan kebahagiaan.

Tuhan  Semesta kini menyembunyikan Ayah dengan sedemikian cara.
Hingga aku mencari sedemikian hingga tak kunjung bersua.
Sebab Alam telah bersekongkol memecahkan dimensi.
Aku disini dan Ayah 'disana '.

Tuhan Semesta...
Kiranya jangan bosan mendengar  pintaku.
Aku yang acap salah menafsirkan rencana Mu.
Sesesal mungkin mengupayakan Kau tatap kembali.
Untuk permintaan sakral bagi anak manusia yang  kehilangan.
Sayangi ayah 'disana' yang dulu Engkau percaya untuk kubaktikan sedebu jasa.

Disana ....semoga Ayah tengah merayakan kebahagian.
Disana..... semoga Ayah disayang Allah.

©ningsi_afj

#bait_bait_rindu_anak_ayah

18 Agustus 2015 @home