Kamis, 07 Februari 2019

Menyelami Hidup

Untuk menemukan ketenangan jiwa, kadang diri itu mesti mau untuk mendalami dan menyelami hidup lebih dalam. Sebab ia tak ada dipermukaan seperti popularitas, kekayaan, dan kemolekan wajah

Jumat, 30 November 2018

Desember

Desember ini akan menjadi penutup akan semua kenangan dalam 1 kali mengelilingi matahari.

Akhir waktu dalam kisaran tahun yang menjadi gudang terbesar tempat rindu bertumpuk-tumpuk.

Kemudian, hadir sebuah harapan baru pada tahun mendatang. Sebuah harapan yang disusun kembali atas segenap harapan yang pernah layu di waktu sebelumnya.

Desember pun mengajarkan tentang sabar untuk menjumpai penghujung perjalanan.   Penghujung adalah penggenap satu tahun yang selama ini belum hadir, bukan?.

Perlu belajar dari Bumi, betapa sabarnya mengitari matahari untuk menyudahi rindu pada Desember. Bumi sadar bahwa kesabaran sebentuk kepatuhan pada kehendak Tuhan.

Seakan Desember berbisik "Selamat bersabar dalam rindu, semangat menjemput harapan baru di tahun depan, semoga selalu dalam keridhoan Rabb Yang Maha Agung."

Rindu pada Tuan


Ah, masih saja tentang rindu yang kerap menggelitik ini. Biarlah dulu ini jadi tanggung jawab diri sendiri atas hasrat nan hebat tuk jumpa dan bertukar pandang denganmu, Tuan. Seperti pagi yang kuat memburu senja. layaknya senja yang tulus merangkul malam. Begitulah rindu ini yang sengaja dibiarkan sekuatnya dan setulusnya pada Tuan nan disana. Bahkan waktu tak pernah sanggup menghalau rindu walau sedetik. Sebab, kamu adalah labuhan rindu ini selalu, Tuan.

30_11_17 @Bangko
Saat hujan menemani rindu disini

Lalu ternyata rindu pun berbalas, dengan tajuk rasa😊

💓 Rasaku Padamu 💘

Teruntuk nona yg tengah lelap berpalut rindu. Lewat sudah tengah malam, namun mataku masih terjaga membayangkan teduh wajahmu. Hatiku masih hangat karena siraman tulus bait-bait rindumu. Bagaimana aku mampu melawan, habis sudah waktuku memikirkanmu. Ringkih sudah jasadku menantikan hadirmu. Maka....ketika syair rindumu merasuki tubuhku, kontan saja ia berpalun hebat dengan setiap inci tulang dan setiap tetes darahku wahai sulbiku. Tak kuat rasanya menahan buncahan rasa ini. Namun, biarlah waktu yg menjadi pelaksana akan titah Rabb kita. Jika masanya tiba, tak ingin sedetikpun rasanya ku terpisah dengan mu wahai rusukku. Dan untuk saat ini, nikmatilah indahnya mimpimu yg mengalir bersama luapan rindu, karena suatu saat dua aliran rindu itu akan bersatu....berpadu.

~FI~
Dari kota masa depan

Rabu, 28 November 2018

Memaafkan

Salah satu perjuangan melawan ego itu adalah memaafkan. Saat gemuruh benci harus ditenangkan oleh sikap iba. Kita tak pernah tau mengapa harus ada rasa benci, namun yang mesti dijaga adalah rasa empati. Karena tak ada orang yang senang apabila dirinya dibenci dan tak satupun yang mau bila tidak dimaafkan. Mengalah untuk melunakkan ego memang tidak mudah. Seperti jerihnya karbon agar menjadi berlian yang berharga. Begitulah memaafkan jerih tapi sangat mulia.

Senin, 26 November 2018

Kembali Yakin

Selalu lah belajar yakin, bahwa semua akan baik-baik saja. Selama diri itu berprasanga baik, tetap bersabar, dan selalu berserah akan tersibak begitu ajaibnya cara-cara Allah dalam menjaga kita dengan cinta-Nya. Tahu kan? kita hanya butuh menaruh sebenar-benarnya yakin padaNya. Yakin akan hebatnya Allah mengatur semua yang terbaik bagi kehidupan kita, agar lebih dekat dan taat pada-Nya.

Begitu, Nona...yakin aja !

Diri Sendiri

Terkadang, kita sendiri tidak bisa memahami tentang diri ini. Sangat rumit menghamparkan helai demi helai apa yang menjadi ingin dan apa yang sebenarnya dibutuhkan.  Bisa jadi dalamnya rasa kecewa atas kekeliruan di hari kemaren adalah fakta bahwa kita belum utuh mengenali diri sendiri. Kita belum mampu membuka diri atas penerimaan yang lapang. Masih berkutat pada apa yang belum dimiliki, pada apa yang dinginkan. Sehingga luput pada apa yang telah ada, pada apa yang sebenarnya dibutuhkan.

Ujian-Sabar-Ridho Allah

Maha Baik Allah, dengan segenap  tahmid atas nikmat-Nya yang menghadirkan semua kebaikan menjadi sempurna. Sehingga diri masih bisa memetik hikmah, masih kuat bersabar dan masih berupaya untuk selalu mensyukuri.

Meski  dalam ujian, Allah tetaplah Dzat Yang Maha Baik maka "la Haula wa Laa Quwwata Illa Billah". Karena hanya Allah yang mampu meredakan rasa resah, hanya Dia yang dapat menenangkan hati yang risau, hanya Allah lah satu-satunya muara dari segala kedamaian jiwa. Semua tentu menjadi kebaikan bagi setiap mukmin. Dalam Ujian ia bersabar dan dalam nikmat ia bersyukur. Saat telah tampak Ujian sebagai ruang untuk mendekat diri pada Sang Rabbi. Tak ada lagi yang diharapkan kecuali ampunan atas dosa-dosa dan keridhoan-Nya.