Kamis, 13 September 2018

Mencapai Kebahagiaan

Apapun yang ingin kau capai satu paket dengan tantangan dalam menaklukkan kekhawatiran, kelelahan, kegundahan, kesedihan, hingga rasa getir yang mempelintir. Akan menguap oleh irisan waktu saat keberanian untuk mempertanggungjawabkan pencapaian itu hilang.
Hidup ini tidak lagi soal merayakan kebahagiaan diri sendiri, tapi tentang ketulusan untuk membahagiakan siapapun yang berada dalam kehidupan mu. Itulah capaian yang mesti kau sungguhkan dalam ikhtiar.

Perjalanan Bersama

Dahulunya, kita pernah berdiskusi perihal tujuan yang ingin kita capai bersama. Dalam perjalanan yang akan kita tempuh, disepakati tentang tata tertib dan nilai-nilai yang akan kita gunakan. Hingga di titik ini kita sadar bahwa perjalanan yang kita susuri ini bukanlah jalan yang mudah seperti euforia diawal kita akan melaluinya. Bahkan untuk mampu komitmen pada apa yang telah kita sepakati terasa semakin berat.

Memang hal yang terbaik untuk melalui adalah mempersiapkan bekal. Tentu berenang di laut lebih aman saat kita telah berlatih lebih awal sebelum menyelupkan diri dibandingkan dicelupkan mendadak lalu kita dipaksa keadaan untuk bisa berenang. Walau bekal-bekal seperti mempersiapkan mental terbaik untuk diuji berkali-kali telah rasanya dimapankan. Kita tak pernah menduga selalu saja ada hal yang mengharuskan kita untuk kembali menyamakan ritme untuk melangkah.

Inilah yang sebenarnya perjalanan itu. Maka kita jadi tahu hal yang terpenting bukanlah tentang atribut apa yang kita punya dan bawa, karena semua itu hanya titipan dari Tuhan yang sewaktu-waktu bisa direnggut kembali. Namun, kesamaan visi dan misi akan menjadi kekuatan untuk menghadapi banyak hal yang tak terduga sepanjang perjalanan yang dititi.

Hingga di titik inipun kita terus berjuang untuk meleburkan ego. Menahan lelahnya untuk saling meringankan beban. Belajar untuk lebih saling mengerti akan kegiatan yang kita tekuni masing-masing. Rasanya kadang tak kuat lagi, tapi kita selalu saling mengingatkan untuk mengadukan semua keluh kesah pada Rabb kita. Tuhan yang hanya untuk-Nya kebersamaan ini diupayakan.

Kini, kita sama-sama terdiam. Berjalan dalam hening dan pikiran masing-masing. Berjuang untuk bertahan pada apa yang telah kita sepakati untuk mencapai tujuan itu. Mencoba merenung dan menemukan kembali makna bersabar dan bersyukur akan kehadiran satu sama lain. Kita telah sangat jauh dari titik awal kita melangkah bersama. Tentu, akan terus bersama dengan segala kondisi hingga sampai pada tujuan yang ingin kita capai. Mudah-mudahan keberkahan melingkari setiap derap langkah yang kita ayunkan bersama itu.

Dekat

Mungkin kau mencari terlalu jauh. Hingga tak menyadari hal yang ingin kau temukan ada di depan matamu. Kau terlalu sibuk mengarahkan pandangan ke sekian penjuru arah. Padahal kini yang kau butuhkan ada dihadapanmu. Dunia membuat kau berpaling pada niat yang tulus. Kau semakin terpesona oleh kemolekan rupa dan keindahan nan fana. Hingga kau pun lupa tentang apa sebenarnya yang tengah kau cari?
Memang sangking dekatnya menjadikan pandangan buram untuk  memandang. Disaat itu kau tak perlu menggunakan mata tapi cukup   merasakannya dengan hati. Sebab telah banyak doa darinya untukmu agar kau bersedia membawa hatimu untuk menemukannya yang kini sangat dekat.

Rabu, 12 September 2018

Menduga

Seiring berjalannya waktu, kau akan menemukan bahwa apa yang kau duga hanya menjadi sebatas dugaan. Dahulunya, kau kira segenap ikhtiar sebagaimana yang kau rencanakan akan serangkai dengan realita. Kau menahan diri untuk tidak melakukan apapun kecuali yang mendekatkanmu pada apa yang kau harapkan. Kau masih beranggapan ukuran yang terbaik adalah serupa yang kau harapkan. Lalu, garis waktu semakin mempertegas kenyataan bahwa tidak ada satupun yang bisa melawan kehendak Tuhan dalam memutuskan pilihan bagi dirimu.
Lantas, apa kau mengira bila ikhtiarmu satu vibrasi dengan harapan semua akan menjadi baik-baik saja?
Apa kau mengira selepas semua yang kau inginkan terwujud kau tidak akan kembali di uji?
Tidak kan?
Cobalah memaknai hidup dalam arti yang dalam akan hakikat mengapa kita harus ada di muka bumi ini.
Sebab keangkuhan diri dalam menetapkan masa depan sebentuk keculasan pada iman.
Jika memang kau yakin pada Allah, maka kau tak pernah menakar dalam takaran akal manusia yang dangkal itu tapi mengukurnya dengan kekuatan iman.
Saat perjuangan tak dibalas oleh kemenangan bukan berarti kau hancur. Tapi, kau tengah dikuatkan untuk memperjuangkan yang lebih baik untuk kemenangan yang lebih besar. Berjuang lah...jangan berhenti, nanti tidak sampai.

Pernah

Pernah, ada hati nan tengah mekar merona lalu batangnya harus dipatahkan begitu saja berkali-kali. Disini kau akan belajar memaknai kasih sayang yang sebenarnya dengan penuh kesyukuran kelak.

Pernah, semua yang kau jalani terasa hambar. Tawa bersama teman, pencapaian, kemanapun kau kunjungi situs wisata semua seperti semu. Disini kau akan belajar memaknai kebahagiaan tidak tentang bagaimana tapi perihal dengan siapa kelak.

Pernah, kesendirian menjadi hal yang mengunjungi hari-hari. Meski dalam keramaian, walau memiliki banyak kawan, dan bersama keluarga tercinta. Disini kau akan belajar tentang bersabar  menemukan.

Pernah, kekecewaan tumbuh dari hasrat yang tak di'iya'kan takdir. Disini kau akan belajar menata iman. Keyakinan pada janji Allah tidak pernah menyisakan selain hati yang lapang, bukan?

Pada akhirnya, setelah sekian banyak pelajaran yang kau tekuni maka ia akan menyampaikanmu pada jawaban atas semua tanya. Sungguh, kau tertegun atas jawaban yang berhasil kau selesaikan sendiri.
Di titik itu kau akan kembali belajar tentang makna bersyukur.
Atas nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?

Cerita Random


Roda kehidupan ini memang amat pelik. Kemudian,  banyak dari beban yang kita bawa dari kehidupan ini efek dari piranti yang bernama perasaan. Kita kadang, dipaksa takdir untuk belajar bersabar saat perasaan itu harus dititipi kesedihan, kecewa, luka, dan getir. Aku kembali mengingat cerita panjang yang dikisahkan seorang driver travel malam itu. Tentang titik balik kembalinya seorang hamba pada jalan yang terbimbing. Aku juga heran, siapa sangka seorang engineer di salah satu industri pesawat terbang kini harus menjalani profesi sebagai driver travel Bandung-Jakarta. Apakah profesi itu buruk? Tentu, jawabannya ‘tidak’ namun ada dari beberapa mereka yang kurang bisa menerima hal sedemikian. Selama perjalanan ke Jakarta, aku telan semua rinci perjalanan hidup yang Bapak driver itu sampaikan. Tentang penyesalannya atas keputusan yang pernah diambilnya kala melawan arus untuk pergi dari pekerjaannya yang bonafit. Konon ceritanya, si Bapak adalah mantan ‘preman’ yang tidak terbiasa dalam kekangan aturan. Sehingga, keluar seperti menjadi titik terang menurutnya waktu itu. Di potongan cerita ini, aku termangu dan berspekulasi bahwa hidup ini memang rumit jika jauh dari petunjuk Allah namun selalu ada solusi bagi orang yang kembali. Himpitan hidup dengan empat orang anak menyentak kesadaran si Bapak untuk meninggalkan ‘hidupnya yang gelap’ (karena memang beliau jam bangunnya saat malam hari dan sepanjang hari dihabiskan untuk tidur).  Lebih lagi saat mengetahui anaknya terlibat kasus narkoba. *pahit banget ini T.T* 

Dalam perasaan yang kalut si bapak menemukan jalan untuk kembali pada jalan yang terbimbing. Mulai menyicil tuk pergi dari ruang lingkup keberantakan hidup pada ritme kehidupan yang tertata. Di akhir keputusannya pada usia hampir lanjut (sekitar 40 tahunan) si Bapak sepakat dengan dirinya menjadi seorang driver. Aku mengulas banyak ilmu dari beliau tentang dunia teknik permesinan yang pernah beliau geluti. Tak ada yang bisa mengubah masa lalu. Kita hanya bisa menerima dan memperbaiki masa depan. Itulah sari pati yang saya peras dari hikmah kisah perjalan si Bapak itu. Aku juga jadi lebih tahu diri, bahwa Allah punya kuasa untuk memuliakan dan menghinakan seseorang. Namun saat dimuliakan jangan sampai lupa diri dan saat dihinakan jangan putus asa dari rahmat Allah. Selanjutnya,  saya jadi menemukan sudut pandang baru tentang menghargai siapapun orang yang kita temui untuk mendapat ridho Allah karena kita tidak pernah tahu dengan siapa kita sedang berhadapan dan akan menjadi apa dia di masa depan. Mana tahu, satu sikap yang melukai hati seseorang yang tengah bermuamalah dengan kita menjadi lubang kesusahan kita di hari mendatang dan bisa jadi satu akhlak mulia yang kita teladani menjadi buah kebaikan yang banyak bagi masa depan nanti. So, tetaplah berbaik sangka pada siapapun dan lebih banyaklah menginstropeksi diri. Perasaan yang telah penjadi perangkat permanen tidak lagi menjadi beban kehidupan bila setiap hari selalu dimulai dengan niat untuk mencari keridhoan Allah. Jangan takut akan masa depan tapi takutlah jika hati tidak bisa merasakan syahdu tuk bertemu dengan-Nya.

Bila Hari ini

Bila hari ini menjadikan diri lebih dekat dengan Allah itu adalah hari yang paling menyenangkan.
Bila hari ini bisa berlapang hati, dapat lebih menerima, dan mampu tulus dalam beramal itu adalah hari yang baik.
Bila hari ini dapat melepaskan ingin pada tawakal itulah fase pendewasaan diri.
Bila hari ini sejagad rindu ditutup oleh doa disanalah taman kedamaian.
Bila hari ini Tuan datang menjumpai ku rasanya entah gimana.
😂