Senin, 21 Maret 2022

Cahaya Kegelapan

Entah seberapa pengapnya engkau berdiri dalam kegelapan yang diatapi awan tebal. Entah seberapa kuat engkau akan bertahan tanpa cahaya?, Dingin, suram, sendiri. Dalam kegelapan yang kau rasakan hanyalah lelah sebab hilir mudik tanpa arah, dalam kegelapan yang kau dapati hanyalah hampa, tak terlihat oleh mu teman.

Masihkah engkau percaya akan 'cahaya' matahari? Bahwa dengan 'cahaya' itu tumbuhan taat di hati mu kembali subur. kau akan melihat banyaknya keajaiban, arah langkahmu pun kian tertuju. Bagaimana mungkin cahaya itu akan masuk? Bila kau tak mengenyahkan awan tebal yang mengatapi hatimu. Mari kesini wahai engkau. Ambillah tongkat  taubat ini. Hancurkan semua batu kemaksiatan yang bertumpuk-tumpuk itu. Kelak, kau akan menyaksikan dengan takjub. Awan itu lepas perlahan...'cahaya' pun menyelinap melalu kisi hidayah ke hatimu. Tak lagi kau engap, tak lagi kau hampa, tak lagi kau sendiri.

Impian Ibu

Semakin kesini, kok merasa gak pernah lagi memancang impian yang mengangkasa layaknya zaman gadis dulu. Menjadi ibu dengan rutinitas yang tak berketepian seperti 'melenyapkan'  segala asa yang telah didamba-damba.  Mulai bangun tidur, hingga tidur kembali dapat shalat tepat waktu plus shalat Dhuha dan mengaji aja udah bersyukur banget. Boro-boro upgrade ilmu seperti dulu duduk berjibaku di perpus seharian, ikut training yang mengasah potensi, berkumpul dengan kolega akademisi yang se-ide. Aaahh... sepertinya hal itu sempat terbersit jadi impian. Bukan tak menikmati peran yang Allah amanah saat ini. Tapi memang begitu lah realitanya.

Tentunya selalu ada pertanyaan dalam hati. Kemana kamu yang dulu? Mana semangat yang dulu?. Kok berat banget ya mencari alasan untuk bisa sesemangat dulu. Juga kadang suka minder sekian tahun hanya berotasi di dunia domestik sedang teman2 udah tiba melancong ke negara bersalju menuntaskan impiannya, mereka yang kian melejit dan outstanding. Keseharian cuma di rumah dan jarang berinteraksi dengan kolega dulu secara perlahan menurunkan wawasan dan keberanian untuk berjuang kembali mencapai apa yang pernah diharapkan.

Pas liat wajah anak tidur. Ada hadir Semangat berbeda. Semangat untuk menjadi sebaik-baiknya ibu baginya. Lebih ke semangat bagaimana anak ini bisa jadi anak yang Sholih lagi menyolihkan, gimana nanti dia punya bekal hidup yang baik untuk masa depannya, dllnya. Maka terus menjadi penguatan dan  akhirnya, Allah takdirka  join ke beberapa komunitas momies. Ternyata terkuak, aku tak sendiri. Ada sekian dari mereka pun juga para sarjana,  magister bahkan doktoral yang kini memilih untuk membersamai anaknya, membersamai keluarganya. Merasa lebih lega dan mendapat new insight bersama mereka. Bahwa di rumah pun kita tetap bisa berkarya. Saling menguatkan, saling menebar inspirasi, dan semangat menjalani peran fitrah sebagai wanita. Bahwa di rumah pun butuh wanita yang cerdas dan bijaksana agar rumah tangga lebih terarah dan tertata. Walaupun akunya masih jauh dari itu. Haks

Trus...pas liat rumah?
Hela nafas lagi, mungkin ini konsekuensi atas pilihan yang sudah ditetapkan. Berani mengambil pilihan berani menjalaninya dengan tuntas. Bismillah beresin lagi, masak lagi, nyuci lagi, daan sekian domestik lainnya yang tak pernah kenal garis finish. Tentunya, mau kerja di luar maupun kerja di rumah. Sama-sama capek, sama-sama ada tekanannya, sama-sama gak ada selesainya. Kita tinggal tetapkan hati, capek mana yang sesuai dengan visi dan misi keluarga kita. Lalu belajar 'bodo amat' sama hidup dan pencapaian orang lain. Cuma kita yang tahu apa yang kita pilih dan kita tak perlu mengharapkan siapapun untuk memahami pilihan kita. Ya kan?

Memang hidup ini tak akan pernah bertabur janji manis. Kitalah yang menentukan untuk menjalaninya dengan gula versi kita sendiri. Saat kita berhenti membanding-bandingkan, berhenti merendahkan diri sendiri, berhenti mengelu-elukan pencapaian dunia. Berasa ada cucuran air ketenangan yang memandikan jiwa. Lalu terus belajar untuk mencintai diri sendiri, mengingat atas semua yang telah dilalui. Sungguh tak semua orang mampu di orbit mu saat ini.

Endingnya, ingat mati...
Ya udah lah, kalau mati semua ini juga akan selesai, bukanlah impian tertinggi yang harus dicapai adalah ridho Allah dan syurga-Nya..okey calm lagi hati.
Berjalanlah semampumu bu dengan menyandang keyakinan utuh pada Allah. 
Sebab semua 'beban' itu akan membahagiakan mu pada waktu yang Allah tetapkan. Bila kau mampu untuk ikhlas menyelesaikannya dengan baik.  Berhentilah bila lelah, kau tetap manusia biasa yang boleh mengeluh. Tapi bukan pada siapapun kecuali hanya pada Allah. 

Bu kamu wanita hebat, terima kasih banyak sudah berjuang hingga titik ini. Semoga Allah tanamkan pada hatimu, keyakinan dan kelembutan untuk menemukan apa yang kau impikan di dunia dan akhirat. Hidup ini sangat sebentar Bu, rugi banget kalau cuma disia-siakan aja. Jadi yang bermakna lagi yuk. Kuat yaaa sayang.

Yuk lah Buu, warming up...
Ramadhan counting down 😊
*Duuuh dah lama ndak diskusi dan memuji diri sendiri kayak ini 🥺