Kamis, 02 November 2017

Tercenung

Banyak hal dari perjalanan ini yang membuat diri itu tercenung. Memberi makna yang tak sekedar saja bagi pahaman baru. Ketika kita mempelajari sesuatu hal dari apa yang tampak, sejatinya itu tidak cukup hingga kita bersedia untuk menghampirinya lebih dekat.

Senang sangatlah saya, ketika diberi kesempatan untuk meng-hikmah-i pemandangan di kota metropolitan ini. Kala itu, saya memperhatikan dengan serius gerombolan anak jalanan. Mereka sangat menikmati dunia ini dengan caranya. Bagi mereka hidup untuk mendapatkan bahagia mesti ditempuh dengan begitu, dengan hirupan sebatang rokok sambil menderai tawa bersama terik mentari dan wajah dekil yang tertumpuk debu jalanan. Menggetarkan senar lusuh sembari menampung belas kasihan pada setiap orang yang lalu lalang di lampu merah. Mungkin,  Mereka belum mengerti bagaimana cara menemukan bahagia dengan jalan lain. Bagi mereka, bisa jadi, bahagia itu dengan kesenangan. Dengan haha hihi
Sehingga apapun yang menjadikan diri mereka senang patut diupayakan, sekalipun dengan ganja,  free sex, clubing, dan perilaku menyimpang norma dan nilai lainnya.  Na'udzubillah....

Saya tidak membeci mereka hanya benci dengan apa yang tengah mereka lakoni. Mereka tetap manusia yang pasti punya fitrah dan naluri untuk kembali pada jalan yang benar dan hidup dalam kelayakan seperti yang lain. Tapi entahlah....atas masa lalu apa yang menyeret mereka hingga terdampar pada kehidupan yang sebegitu nanarnya. Hanya saja, hadirnya mereka dalam temuan saya mengetuk kesadaran tentang 'apa yang sudah saya perbuat sehingga untuk kedepan orang-orang seperti mereka dapat diminimalisir?'. *haks* Kadang saya menangis tanpa jelas di angkotan umum (walau terkamuflase dengan masker). Ingin mencambuk diri sendiri. Perjalanan sekian tahun di bangku pendidikan tidak memberi sesuatu yang pokok untuk diri ini menjadi yang berkontribusi pada perubahan dunia yang lebih baik, sekalipun sekecilnya dunia yakni lingkungan tempat saya tinggal. Astaghfirullah...

Ini sudah malam nona...tidurlah dulu

*renungan 3 Nov 17, 00:40 WIB @Depok tepi rel kereta api

Rabu, 01 November 2017

Untitled

Akan ada satu waktu kita berada pada titik lelah, masa masa sulit, keadaan terhimpit, dan fase yang menjenuhkan. Kadang pada momen-momen begitu membuat kita merasa bahwa hidup ini semakin menyebalkan. Sehingga tidak ada yang kita butuhkan kecuali hanya Allah sebagai pelipurnya.

Selasa, 31 Oktober 2017

Menarik

Hal yang menurut kita menarik belum tentu menarik bagi yang lain, bisa jadi mereka belum memahami apa yang kita pahami. Saya sangat tertarik dengan huruf yunani yang sering direpresentasikan untuk suatu variabel dalam formulasi fisika. Sebab saya sangat memahami bahwa setiap huruf itu ada maknanya. Bahkan ada dari formulasi itu yang menceritakan hal besar dari sistem alam semesta ini. Ada yang mengisahkan suatu sistem hukum alam yang dapat direkayasa sedemikian rupa menjadi hal manfaat bagi kehidupan manusia. Tapi mereka yang belum memahami akan menyatakan huruf-huruf yunani dalam variabel rumus fisika  itu tidak  menarik. Bahkan ada yang menjadikannya lelucon yang tak berarti. Tak mengapa,,, dalam hidup ini kita hanya butuh mendalami makna lebih jauh agar kebijaksaan hati semakin luas.

Mungkin begitu pula dengan tertariknya hati pada al-Qur'an.

"Al Qur'an adalah sahabat yang mulia dan memiliki rahasia2 yg agung. Kemuliaan dan rahasia agung tersebut tidak akan Al Qur'an berikan kecuali kepada orang yang telah bersahabat lama dengannya dan selalu menjaga isinya. Maka, ketika persahabatanmu dg Al Qur'an telah berlangsung lama, Al Qur'an akan mencurahkan kemuliaannya dan rahasia2nya agung yang akan membuat akal dan pandanganmu bersih.”
(Ibnul Qayyim)

Memperjuangkan

Ada yang telah lelah memperjuangkan. Merasa tak ada celah untuk meraih yang diharap. Bagaimana jika yang mesti kamu perjuangkan itu adalah keimanan?. Sesuatu yang tak pernah ada peluang, harapan itu terpupuskan.

Persahabatan Sehat

Persahabat yang sehat itu bukan dari frekuensi pertemuan, bukan sekedar melepas bahagia, tak pula hanya berbagi cerita dan mendengar keluh kesah. Namun, persahabatan yang saling menularkan kebaikan itulah persahabatan yang sehat. Apabila kebersamaan selalu dihiasi dengan manfaat. Hal yang membuat rasa persahabatan itu semakin legit adalah kokohnya keimanan. Pada akhirnya tidaklah mereka bersua dan berpisah kecuali hanya untuk Allah.

Ingin-Butuh

Duhai hati-hati yang baik, beranjaklah pada pijakan yang membuat  kamu semakin dekat dengan Allah.

Jadilah sebagaimana yang Allah inginkan nona. Bahwa apa yang kamu inginkan tak berarti apapun untuk sesuatu yang baik bagi masa depanmu. Tapi Allah akan memberikan apa yang kamu butuhkan untuk kebaikan masa depanmu. Biarkanlah ingin itu sebatas ada, tapi tidak untuk dielu-elu sepanjang waktu. Agar dengan ingin itu kamu selalu manja pada Allah dalam pinta dan do'a. Cukup...

Hingga bila-bila kamu sampai di tepian sadar. Kebutuhan itu jauh lebih penting daripada keinginan.

Nona...
Melangkahlah demi yang hakiki bukan yang semu. Tolong, jangan jadikan dunia dan makhluk sebagai alasan maupun landasan untuk berbuat. Lakukanlah demi cepisan ridho-Nya yang maha penting. Dengan begitu, kamu tak pernah lemah daya juang untuk terus menapaki perjalanan pulang.

Nona...jangan bersandar pada yang lemah, jangan terobsesi pada sesuatu yang hina, jangan banyak bermain di senda gurau dunia. Semua sebatas hitungan masa dan berlaku fana. Tujulah hati itu pada sesuatu yang dibutuhkan, tak tergugu pada yang diinginkan saja.

Untitled

Bisa jadi dia orang yang tepat. Namun, cara jalan yang ditempuh belum benar. Semoga pertemuan adalah momentum penguatan keimanan. Maka harus saling membenahi untuk sesuatu yang berkah. Demi ridho Allah yang dituju.