Saya masih berkeyakinan, belajar tentang pernikahan tidak putus hanya dalam durasi jam atau hari. Untuk itu, saya sepakat dengan diri sendiri agar selalu bertumbuh dalam pemaknaan yang lebih baik tentang berumah tangga, khususnya peran seorang istri dan ibu kelak.
Pernikahan merupakan ibadah terlama dan komitmennya sepanjang usia. Salah langkah dalam memilih pasangan hidup artinya merusak ibadah besar yang akan dilakukan pada waktu yang ditetapkan itu. Menikah bukan tentang hidup bahagia bak pangeran dan Cinderella kan?. Hidup yang berdinamika ini menyadarkan saya bahwa akan ada kisah konflik dan beberapa kerumitan yang akan dihadapi nantinya. Kesadaran inilah yang membuat saya harus banyak belajar terutama belajar meluruhkan ego.
Belajar untuk menjadi yang di Idamkan. Menjadi istri yang menyenangkan hati suami. Tentu menulis teori sangat lah mudah. Tapi untuk merealisasikan nya selalu ada aja ujiannya (Kata mereka yang sudah melewati). Tentu hal yang tidak mudah bagi wanita yang sudah terbiasa dengan mengurus diri sendiri kemudian mendapat amanah baru untuk menyelesaikan urusan -urusan lain yang lebih kompleks. Biasanya, selama studi kalau lapar yah tinggal beli aja bahkan hampir setiap hari begitu. Saya tidak mau beli-beli jika sudah berkeluarga nanti (ini tekadnya saat ini), kecuali masakan yang memang tidak bisa saya buat. Bagi saya, setinggi apapun harkat, martabat, derajat, pangkat seorang wanita diluar bila sudah dirumah tugas utamanya adalah istri dan ibu. Maka sebagai istri, tugas masak memasak sudah menjadi kewajiban yang tidak bisa dielakkan.
Selama hampir satu bulan liburan, saya full belajar masak sama ibuk (Amak). Mulai dari masak yang agak sulit seperti rendang, dendeng, sop kemudian aneka jenis gulai: gulai ayam, gulai ikan, gulai sayur, gulai putih, opor dan asam padeh. Ternyata beda menu walaupun sama-sama gulai ada jenis bumbu yang berbeda dalam racikanya. Kalau jenis makanan bersambal ini memang sudah biasa kan. Sampai belajar buat makanan cemilan. Duh, pas lihat-lihat tangan udah bener bener gak seperti sediakala. Sambil bergumam dalam hati. MasyaAllah ya jadi istri dan ibu itu. Wajar saja berumah tangga menjadi jalan tol menuju Syurga karena aneka hidangan ibadah berlipat perpahala sudah terfasilitasi.
Bagi wanita jihadnya ya di rumah kalau sudah berkeluarga, namun tidak menutup kemungkinan bisa menambah ladang jihad dengan memberi kontribusi untuk umat diluar rumah seluas ridho suami.
Bersambung....