Selasa, 26 Desember 2017

Terima Kasih

Teruntuk yang Allah izinkan hadir dalam jalan cerita.

Terima kasih,
Terima kasih telah membuatku kembali pada-Nya. Kembali pada kerinduan untuk selalu dekat dengan-Nya.

Wahai seseorang yang baik budinya.

Terima kasih,
Terima kasih menjadikanku dekat dengan al-Qur'an. Kembali pada semangat untuk menghafal dan mengamalkannya.

Duhai hati yang lembut.

Terima kasih,
Terima kasih atas hadirnya.
Terima kasih telah menunjukkan jalan kebaikan.

Doa yang baik-baik terlampir tulus untuk mu.

Jumat, 22 Desember 2017

Hanya Karena Allah

Sungguh saya tertegun dengan sharing dalam grup WA dan rasanya butuh diabadikan dalam blog cantik ini. Kisah menggugah dari seorang Amirul Mu'minin dan Panglima Islam terbaik dalam catatan sejarah.  Begitu hebat keimanan menguatkan tekadnya untuk berjuang sekerasnya demi keridhoan Allah. MasyaAllah...kuy simak kisahnya: 

“Assalamualaikum ya Amirul mukminin! Langsung saja! Saya menerima surat pemecatan. Apa betul saya di pecat?”

“Walaikumsalam warahmatullah! Betul Khalid!” Jawab Khalifah.

“Kalau masalah dipecat itu hak Anda sebagai pemimpin. Tapi, kalau boleh tahu, kesalahan saya apa?”

“Kamu tidak punya kesalahan.”

“Kalu tidak punya kesalahan kenapa saya dipecat? Apa saya tak mampu menjadi panglima?”

“Pada zaman ini kamu adalah panglima terbaik.”

“Lalu kenapa saya dipecat?” tanya Jenderal Khalid yang tak bisa menahan rasa penasarannya.

Dengan tenang Khalifah Umar bin Khatab menjawab, “Khalid, Anda itu jenderal terbaik, panglima perang terhebat. Ratusan peperangan telah Anda pimpin, dan tak pernah satu kalipun Anda kalah. Setiap hari Masyarakat dan prajurit selalu menyanjung Anda. Tak pernah saya mendengar orang menjelek-jelekkan Anda.

Tapi, ingat Khalid, Anda juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang yang memuji bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu. Sedangkan Allah sangat membenci orang yang memiliki rasa sombong. Seberat debu rasa sombong di dalam hati maka neraka jahanamlah tempatmu.

Karena itu, maafkan aku wahai saudaraku, untuk menjagamu terpaksa saat ini Anda saya pecat. Supaya Anda tahu, jangankan di hadapan Allah, di depan Umar saja Anda tak bisa berbuat apa-apa!”

Mendengar jawaban itu, Jenderal Khalid tertegun, bergetar, dan goyah. Dan dengan segenap kekuatan yang Ada beliau langsung mendekap Khalifah Umar. Sambil menangis belaiu berbisik, “Terima kasih ya Khalifah. Engkau saudaraku!”

Bayangkan Sahabat, jenderal mana yang berlaku mulia seperti itu? Mengucapkan terima kasih setelah dipecat. Padahal beliau tak berbuat kesalahan apapun.

Hebatnya lagi, setelah dipecat beliau balik lagi ke medan perang. Tapi, tidak lagi sebagai panglima perang. Beliau bertempur sebagai prajurit biasa, sebagai bawahan, dipimpin oleh mantan bawahannya kemaren.

Beberapa orang prajurit terheran-heran melihat mantan panglima yang gagah berani tersebut masih mau ikut ambil bagian dalam peperangan. Padahal sudah dipecat. Lalu, ada diantara mereka yang bertanya, “Ya Jenderal, mengapa Anda masih mau berperang? Padahal Anda sudah dipecat.”

Dengan tenang Khalid bin Walid menjawab, “Saya berperang bukan karena jabatan, popularitas, bukan juga karena Khalifah Umar. Saya berperang semata-mata karena mencari keridhaan Allah.”

Untitled

Kian dalam memahami maka akan tampak makna. Jauh ke lubuk yang ditempuh imijinasi terbongkarlah bahwa semua hanya cengkrama gelombang, energi, dan materi.  Sekedar menari dalam teater inersia jangan buat diri lupa akan acuan sebenarnya. Menggegaslah lebur dalam hampa yang sebenarnya ada.

Setiap mahasiswa fisika tahu cukup rumit memahami persamaan  schroodinger. Butuh berbulan, bertahun bahkan milenia. Padahal Schroodinger merumuskan persamaan itu hanya dalam waktu 1 hari. Mungkin karena lebih radikal imijinasinya dan sangat tajam akalnya dalam memahami makna dari sesuatu yang tak tampak lalu  menyederhanakan dalam solusi yang sekarang membuat nilai mekanika kuantum itu  tidak pernah ada A. 😂

Ada perlunya menata momentum sudut hati agar terkuantisasi pada orbit yang baik-baik saja.

Banyak kisah romantis dalam fisika modern itu.
Kisah 1.
Menceritakan romantisme ikatan inti atom yakni proton dan neutron, yang tak pernah putus hingga dunia berakhir.
😁💐

Kisah 2.
Tentang spektrum warna cinta yang menyemburat saat elektron memberanikan diri menuju orbit yang lebih dekat pada inti atom. 😁

Kisah 3.
Tentang pengorbanan cahaya yang mesti menjalani hidup dengan dualitas gelombang dan partikel agar tetap bisa membersamai malam walaupun harus menempuh proses efek fotolistrik yang memayahkan. 😁

Kisah 4.
Tentang kesabaran cahaya kala menjadi gelombang karena mesti merambat melalui rintang dan harus tegar saat menjadi partikel  karena akan bertabrakan pada batu-batu cobaan. Tapi cahaya tetap setia asalkan dengan itu ia mampu bersanding dengan malam walaupun menyamar dalam lampu. *yang gk ngerti teori foton bakal bingung kan? 😂

Kisah 5.
Tentang dua insan  elektron yang saling melengkapi satu sama lain dalam rumah tangga atom. Setiap dari elektron tidak akan pernah  memiliki sifat bilangan kuantum yang persis sama. Tapi itulah yang membuat mereka utuh. (Teori Asas larangan pauli) 😁

Menurut prinsip ketidakpastian Heisenberg, Orbital adalah daerah kebolehjadian terbesar untuk menemukan elektron. Menurut prinsip kepastian Nona...kamu adalah daerah kebolehjadian terbesar untuk menemukan aku. *eh 😅😂

Minggu, 17 Desember 2017

Muslim Potensial



 
Sebagai seorang muslim, kita dituntut untuk mengoptimalkan waktu untuk berkarya secara maksimal. Terus mengeksplorasi intelektual secara tekun agar mampu mengundang kemanfaatan diri di kancah zaman.  Menjadikan eksistensi selama di dunia sebagai investasi kehidupan di akhirat.  Sebuah pesan yang menakjubkan dari  Raja Sholih Umar bin Abdul Aziz ra, “sesungguhnya siang dan malam berkarya dalam dirimu, maka berkaryalah di dalamnya”. Ucapan ini bisa dijadikan alat pelontar rasa malas saat menghinggapi dan mengusir alasan menunda-nunda melakukan aksi nyata mengggelar kebaikan.
                Ada spirit yang berbeda ketika kita terlahirkan sebagai Muslim, yakni semangat, keyakinan, dan gairah untuk menjadi umat terbaik sebagaimana yang Allah tetapkan. Namun jangan sampai kehadiran kita sebagai muslim member kesan yang tidak baik sebagaimana realitas umat Islam yang dihembuskan dalam ucapan Intelektual Muslim, Muhammad Mamduh, “Al-Islamu mahjubun bin muslimin: keagungan Islam terhalangi oleh umat Islam itu sendiri”. Seorang muslim mesti yang membuat kebaikan bagi peradaban dunia itu terjadi, bukan sekedar yang melihat dan terkesima terjadinya peradaban dunia yang lebih baik. Itulah representasi dari muslim yang potensial.

Karya



  
Karya menjadi bukti kontribusi diri bagi negri dan kemuliaan agama. Segera gesakan mimpi itu dalam kemah cita-cita yang teramat hebat untuk diupayakan. Jika seorang Theodore Hertzl  dalam mimpi busuk dapat ia rekam dalam cita-cita agungnya, yakni 50 tahun sejak ia mendeklarasaikan mimpi itu maka Israel pada tahun 1948 berdiri secara resmi dan penguasaan Yahudi terhadap Palestina menjadi realita atas izin Allah. Karya kejahatan yang dihembuskan oleh semangat juang, totalitas dan kedisiplinan untuk menuju keinginan terlaknat itu telah membuat seorang Theodore Hertzl  lega dan tersenyum pulas.  Lantas sebagai seorang Muslim yang Allah adalah penolongnya dan sumber energi paling massif yang mampu menguatkannya, mesti memiliki mimpi yang lebih agung, lebih besar, lebih fantastis untuk kemuliaan Agama ini. Sebagai Muslim yang memiliki amanah untuk mengelola bumi ini menjadi bagian dari semesta yang berkesimbangan dan harmonis, maka tidak ada waktu rehat selama di dunia ini. Diri itu tidak boleh hanya sebagai penonton tapi mesti menjadi aktor utama yang memobilisasi penegakan kebenaran dan pemberangus kebatilan. Memang bukan jalan yang mudah untuk ditempuh, tapi jalan ini menjanjikan kehidupan yang lebih layak di yaumul akhir. Segenap gangguan adalah pemandangan indah yang harus dinikmati, setiap aral adalah teman terhebat untuk menguatkan jiwa dan menumbuhkan kebijaksanaan diri. 

Jadikan hadirnya diri sebagai makna bagi kehidupan orang lain, mampu memotivasi dan memberikan inspirasi bagi penduduk semesta. Mulai lah dari hal paling sederhana, langkah kecil yang terus menerus digontaikan pada jalan-jalan kebaikan dan perbaikan. Dengan harapan baik dan demi keridhoan Allah bahwa satu masa kelak diri itu menjadi bagian dari catatan sejarah yang diwariskan, termasuk pada kisah-kisah hebat yang dapat mengubah dan menggubah suatu peradaban dunia Islam yang lebih indah dan suci. 

Sepucuk tekad yang terus bertumbuhan dalam bara semangat akan menelan rasa letih dan payah dalam perjuangan mencapai cita-cita yang baik itu. Untuk itu, lakukanlah urusan-urusan besar, pikirkanlah hal-hal besar, dan ukirlah  karya besar yang bermakna. Meski lelah, panat, dan dalam keadaan yang serba terbatas. Meski memanfaatkan peluang waktu istirahat yang sejenak, teruslah berjalan dalam langkah pencapaian cita-cita baik itu. Melahirkan karya yang dimahkotai oleh gesakan cita yang baik dan cahaya iman yang terang benderang.  Jika bukan diri kita, siapa lagi? Jika bukan sekrang, kapan lagi?. Segera gesakan cita baik itu, wujudkan karya terbaik untuk persembahan bangsa, Negara, dan agama.

Penulis yang Mampu Mengubah



Menjadi penulis merupakan pekerjaan bagi penggiat ide dan gagasan. Mereka yang antusias untuk menularkan ide dan gagasannya kepada yang lain. Hal ini dilakukan oleh seorang Karl Marx yang telah menginisisasi dunia dengan Das Capitalnya. Bloom dan Anderson telah berhasil mewarnai dunia pendidikan menjadi lebih kondusif dengan teori taxonomy-nya. Max Haveelar tulisan Edwar Douwes Dokker berhasil mempengaruhi sikap bangsa Belanda terhadap Indonesia.  Namun, kita patut takjub kepada para ulama salafus shalih yang tulisan-tulisannya menjadi karya fenomenal sepanjang masa. Jelasnya, mereka menulis bukan untuk ketenaran, tidak demi mendapatkan harta, apalagi pujian makhluk.  Tetapi mereka menulis dilatarbelakangi oleh hasrat yang hebat untuk menyampaikan ilmu yang bermanfaat bagi umat. Harapannya adalah tulisan itu dapat menjadikan umat Islam semakin tercerahkan dan terbimbing ke jalan yang lurus, jalan yang Allah ridhoi. Misalnya Harun Yahya yang melahirkan 200 karya, lalu karya-karyanya itu ditulis sebagai tanggapan terhadap penyimpangan moral yang terjadi di negaranya dan di dunia. Melalui buku-bukunya Harun yahya pun berhasil membuktikan secara empiris keteledoran teori Darwin. 

Tersebutlah pula lah diantara Ulama Penulis yang fantastis hingga kini, Imam Al-Bukhari, penulis kitab hadist paling shahih dan beliau salah satu muhadistin termasyhur dalam tinta sejarah.  Semua bermula dari mewujudkan harapan sang guru, Imam Ishhaq bin Ruwaihah “Andai saja di antara kalian ada yang mengumpulkan hadist-hadist Nabi yang shahih kemudian menulisnya dalam satu kitab….”. Ucapan gurunya menjadi inspirasi baginya untuk melecutkan karya terbaik untuk umat ini.   Gelora jiwanya kian terasah demi merealisasikan harapan sang guru. Karena Beliau menyadari harapan baik gurunya adalah kuntum pencerahan yang telah lama dinanti oleh umat Islam. Dengan kedekatan pada Allah, ikhtiar yang konsisten, ketekunan pagi, siang, dan malam akhirnya para ulama pun sepakat bahwa Kitab Shahih Bukhari Karya Imam Bukhari adalah kitab paling shalih setelah Al-Qur’an. MasyaAllah
 
Tulisan memilih pengaruh yang kuat terhadap perubahan di tataran sikap, budaya, bahkan tradisi bangsa dan peradaban.  Sebentuk tulisan memberi daya pengubah luar biasa yang menembus dimensi ruang dan waktu meskipun penulisnya telah menyatu dengan tanah. Kita menyaksiakn betapa karya-karya para ulama tersebut terus menggawangi umat Islam seutuh zaman. Ada semangat menulis yang patut diteladani dari ulama-ulama terdahulu, yakni dari  Ibnu jarir Ath-Thabary yang berjuang menulis 14 lembar karangan tiap harinya. Selanjutnya, Ibnu Syahim dengan sejumlah 330 karya tulis. Kemudian ada Ibnu Aqil yang menulis sebanyak 20 buku, karya terharumnya berjudul al-Funun yang terdiri atas 400 jilid. Tentunya tekad mereka bukan sekedar menjadi penulis, melainkan ada hal yang mesti ditulis dan  ada ilmu yang wajib disampaikan kepada sesama. 

                Ada pula kisah menarik dari Penulis kitab Fathul Bari (kitab syarah Shahih Bukhari). Ibnu Jahar al-Asqolani terinspirasi dari kalimat yang disampaikan oleh Ibnu Khaldun “Sesungguhnya untuk menulis syarah dari kitab Shahih Bukhari menjadi hutang bagi seluruh ummat”. Maka Beliau memantaskan diri untuk menjadi salah seorang yang melunasi hutang dari umat ini. Betapa mulia tujuannya seorang Ulama besar, Ibnu Hajar al-Asqolani, ketika ia memulai menulis. Bukan untuk publikasi yang bersifat duniawi, melainkan untuk ganjaran yang lebih dahsyat di sisi Allah. Sehingga Abul Khair as-Sakhwi pun berkata, “Seandainya Ibnu Khaldun melihat apa yang telah ditulis oleh Ibnu hajar, tentu akan sejuk pandangan matanya, dan ia akan melihat bahwa hutang umat ini telah terbayar lunas.” MasyaAllah 
                Penulis yang mengubah selayaknya penulis yang memiiki nyali yang besar untuk membuat kehidupan lebih hidup. Mereka yang bersemangat untuk menjadi penyegar bagi dahaga kehidupan penghuni bumi.  Seperti Ibnu Main yang telah mewariskan karya tulisnya sebanyak 100 rak buku semasa hidupnya.  Atau seperti Imam Ibnu al-Jauzy yang tercatat oleh sejarah berhasil memproduksi tulisan sejumlah 40 halaman sehari, pada akhirnya selama 89 tahun hidupnya hadirlah 500 kitab.  Bisa juga seperti  Imam Syahid Hasan al-Banna yang menulis sebuah tanggapan atas buku Dr Thaha Husein (tokoh sekuler Mesir) ketika beliau sedang dalam perjalanan pulang naik kereta.  Ada juga yang fantastis yakni,  Imam Muhammad Abduh yang mampu menulis buku “Ilmu Menurut Islam dan Kristen” hanya dalam sehari, sebagai tanggapan terhadap tulisan seorang Kristen yang menyebutkan bahwa Islam tidak menghargai ilmu pengetahuan. Serupa pula dengan Prof. Mustafa al-A’zami menulis sejumlah buku yang meruntuhkan pemikiran sesat para orientalis. Bahkan dengan satu buku saja, beliau mampu meruntuhkan teori Schacht dan Goldziher yang sebelumnya mampu bertahan bertahun-tahun lamanya dan dianggap sebagai teori ilmiah.  Mereka menulis karena ada kegelisahan terhadap problematika yang dihadapi umat ini, lahir dari kegerahannya terhadap realitas umat Islam yang semakin jauh dari cahaya al-Qur’an dan al-Hadist. Sehingga karya-karya besar mereka memiliki ruh bagi siapa pun yang membacanya.
Para Ilmuan Muslim hendaknya menulis bukan hanya sekedar menyampaikan fakta, melaikan untuk menyegerakan kebenaran untuk diketahui oleh manusia.  Suatu temuan yang terkadang tak dapat disampai secara orasi, melainkan melalui data dan hasil riset.  Idealisme “Khairunnas anfa’uhum linnas” mesti menjadi motor penggerak  untuk tidak henti berkarya siang dan malam. Cita-cita besar kita hanya karena Allah dan demi kerinduan untuk bertemu dengan-Nya di syurga tertinggi kelak.  Sehingga kita mampu menjadi penulis yang mengubah. Mengubah umat menjadi lebih berTuhan, mengubah peradaban menjadi lebih cerah, mengubah dunia menjadi lebih baik.

Umat Islam

Modernitas dewasa ini, kian membuat umat Islam terpolarisasi dalam kepentingan masing-masing. Terdapat jurang hebat antara laku dan kata. Sudah semestinya, Umat Muslim menilik kembali cita-cita sosial Al-Qur'an. Bahwasanya Al-Qur'an diturunkan untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Sekaligus menjadi kriterium pembeda antara hak dan batil. Jauhnya akhlak dan intelektualitas umat Muslim dari tuntunan al-Qur'an berdampak pada urusan besar umat Islam mulai dari urusan kenegaraan, ekonomi, budaya, hubungan internasional hingga kemajuan sains dan teknologi.