Sabtu, 30 Mei 2020

Manajemen Rasa, Seni Mengelola Baper

Mau belajar lagi nulis, biar sejarah mencatat aku sebagai buibu yang menulis, eaaaaa......

Sudah 5 bulan 1 hari menjalani hari-hari sebagai buibu muda dengan anak unyil yang Masya Allah ulahnya tiap hari. Selama 5 bulan itu pula nano-nano rasa dikecap, senang, sedih, belajar sabar, belajar syukur, belajar kuat, belajar sok sok hebat dan lainnya. Seorang anak perempuan bungsu dari keluarganya, dengan track record gak punya adik dan tak pernah mengasuh bebi membuat seorang aku suaaangaaad ketar ketir berkehidupan dengan sosok bayi. Semua serba ndak pernah praktik, kalau teori jangan ditanya. wkwkwkwk, tapi menjalani ndak semudah mencukil tahi lalat yaaaa. Benar-benar rock n roll rasanyaaaa. Ada hati yang mesti tiap hari dilindungi agar ndak tercincang oleh kicauan para bunda lain. Apalagi ada yang frontal ngomong dibelakang "kok udah S2 gak bisa ngurus Bebi". Aku mau nyebur kelaut biar dimakan paus nya Nabi Yunus aja waktu tuu. syakiiidnyaaa, haks. Betapa sering sekali mereka membandingkan kehebatan mereka dalam mengasuh anak dengan keterbatasan aku yang memang menyedihkan. Apa mereka gak tau ya, kalau aku juga sedang berjuang, sedang beradaptasi dengan banyak hal, tengah belajar hal baru yah benar-benar ndak pernah aku sentuh seumur hidup. Masih ingat, pasca lahiran akunya belum 40 hari. Bagi aku tu, memang fase pasca lahiran hal yang paling menguras energi adalah begadang malam. Ditambah kondisi fisik masih banyak capeknya. Sering rapuh hatinya, eh malah ada dari para bunda yang liat bebi sambil komentar ini dan itu ke akunya, paling bikin sedih tu kalau dibandingkan dengan emak ² yang lain. Misal "Saya punya kenalan anaknya baru 1 Minggu udah dibawa ngisi kajian, saya dulu begini dan begitu". ya Allah, ini lah yang bikin akunya beberapa kali nangis tanpa sebab di kamar mandi. Secara gak langsung mereka mau bilang "kok manja banget sih akutu". Ini pengalaman pertama aku punya anak, pertama kali semua dalam hidup aku berubah, pertama kali aku bersentuhan dengan dunia ibu. Lalu mereka bandingkan dengan emak² yang anaknya udah 4 sampai 10.

Kalau diikutin bakal stres dan aku gak mau karena semua hanya merugikan aku dan anak ku. Caranya gimana? manajemen hati. Kembali menata niat, apakah hidup ini hanya untuk menjalani seperti apa yang orang inginkan atau menjalani seperti apa yang Allah inginkan. Next, sadarilah apa yang keluar dari mulut mereka tak akan berefek apa-apa kalau kita block dari hati, alias bodo amat. Ini hidup aku, aku mau menjalani seperti apa itu hak aku dan aku gak ganggu mereka kan?. Lagian, mereka tu abis nyakitin kita dengan ucapannya dengan mudahnya dilupakan. Nah, ngapain juga kita stres dengan ucapan sembrono  mereka. huuuuufffttttttt.....

Ternyata semua ini awal dari pembelajaran   tentang mengelola Baper pasca punya anak. Karena, seterusnya  akan ada baper-baper lain yang menyusul. Misal aja nih, liat anak temen yang memiliki keunggulan dari anak kita. Nah baper lagi dan lagi. ya kan? Jadi,.jangan mau biarkan hati ternodai dengan membandingkan anak kita dengan anak lainnya. Aku setuju dengan prinsip bahwa setiap anak itu spesial dan yang paling berharga dari anak kita kelak adalah ketakwaan nya pada Allah, itu harga mati. Jadi, fokus pada anak kita dan berikan yang terbaik semampunya, sisanya biarkan kekuatan doa yang bekerja. Ya kan? plong gitu rasanya, kalau kita bisa membebaskan diri dari intervensi orang lain dalam hati ini. Semoga akunya bisa terus install  ulang hal ini dalam hari ² kedepannya. Capek hidup kalau bukan untuk mencari ridho Allah tu, yuk lah hati kita berteman baik dengan kedamaian.

Maaf ya, kalau nulis nya pake hati banget. Hihi

Ini kek diari curhatan ya, biar deh...gak papa. Yang penting aku nulis dulu aja.
Hahahaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar