Kebahagiaan itu dipergulirkan, layaknya kesedihan yang bersilih. Ujian hidup, kepahitan, kekecewaan, dan kegelisahan lah yang akan menyeret diri untuk sadar bahwa kita selalu butuh Allah dan tak bisa jauh dari rahmat-Nya.
Kadang terlampau jauh dalam mencintai dunia, mencintai makhluk, mencintai segala sesuatu yang hanya titipan membuat diri hancur. Kadar cinta itu kerap meluputkan Allah dalam hidup kita. sehingga kita jadi lalai pada ketaatan, lalai dalam ibadah, lalai dalam mendekatkan diri pada-Nya. Padahal kita sudah mengerti bahwa cinta yang menjauhkan diri pada Allah hanyalah muara dari nelangsa.
Sejatinya setiap yang dititipi pasti akan dikembalikan. Kita mesti belajar agar tak menggenggam titipan-Nya teramat kuat. Setiap harta akan habis, setiap yang dicinta akan pergi, setiap yang bernyawa pasti akan mati.
Maka biarlah yang mencinta menjadi hampa jika cinta itu telah menguburkan rasa ketaatan pada Allah. biarlah kemegahan dunia menjadi raib jika semua hanya menjadi petaka. Sehingga kita tak pernah jauh dalam meletakkan cinta selain kepada-Nya. Sebab dunia dan makhluk bukanlah saung hati yang menjanjikan ketenangan. Semua itu hanya fasilitas agar kita bisa melakukan kebaikan untuk meraih ridho-Nya.
Lepaskan rasa cinta yang membelit diri dari ketaatan pada-Nya. Biarkan rasa nan perih melekat di hati menjadi alat untuk menyadari dosa-dosa. Dekati Allah dan bertakwa lah. Bertaubat lah dengan bersungguh-sungguh wahai hati yang rindu akan pertemuan dengan Rabbnya. Sebab kematian tak pernah kenal batas usia.